24.11.11

Menanti Tunainya sebuah Janji

Huaha...malam ini tiba-tiba ingin membahas ini. " kapan nikah?"mungkin ini adalah pertanyaan yang saat ini paling menakutkan, paling sulit dijawab dan paling tidak ingin ku dengar. Tapi malah intensitasnya semakin meningkat. (menyedihkan memang). Sampai terbesit untuk mencoba menghitung berapa kalinya dan mencoba memnbuat analisis statistiknnya he.he....(ide gila).

Kadang  terpaksa  pertanyaan itu kuangap sebagai angin lalu.  dan  kadang membawa ku untuk berfikir panjang. Sadar-se sadarnya, usiaku yang telah 28 tahun ini memang dinilai banyak orang adalah usia yang seharusnya sudah menikah( tapi nasib baik memang belum berpihak pada saya :(( ). Dan jauh di lubuk hati ini pun sudah sangat ingin  menyudahi drama kesendirian yang kadang cukup mendera ini.  Tapi lagi-lagi takdir belum mengantarkan saya ke magligai ini.  Mungkin memang Allah simpan ia  (pangeran berkuda  putih:p) dengan mesranya dariku untuk menguji seberapa taat, dan sabarnya aku mendapat anugrah ini.  

dan selalu ada getar aneh ketika membicarakan hal ini dengan ibu.  Selalu ada harap yang dalam dari setiap tutur katanya.  Harap yang tak pernah ku tau akan ku penuhi atau tidak. Lagi-lagi kita tak pernah tau.
Jodoh adalah misteri. Tak pernah tau siapa, kapan dan dengan cara apa datangnya. Yah kemungkinan terburuk  adalah memang tidak ada jodoh ku di dunia ini. Dan aku harus bersiap dengan kemungkinan terjelek itu.

Di belakang sana,  sudah pasti banyak mengalir ejekan, cibiran dan  bahkan sedikit cercaan, mulai dari yang terlalu pilih-pilih sampai statement  nga laku. Jadi ingat lagunya wali band..he..yang belum nikah pasti pada hapal nih kayaknya…atau jangan-jangan jadi lagu kebangsaan :p.  Masalah memilih,  Salahkah jika aku memilih. Ini bukan keputusan sembarang, sebuah keputusan besar yang akan dipertanggung jawabkan dunia dan akhirat.  Masalah laku, mungkin saat ini  aku sedang menunggu pembeli yang tepat  (lha memang barang dagangan??).

Ya Allah lewat tulisan ini aku tak pernah berputus harapan dari menanti dan menanti tunai JanjiMU, tentang seseorang, tentang dia tempat tulang rusukku bersandar. Jika sudah sampai saatnya nanti, Tuntunlah aku untuk memulainya dan menjalaninya  dalam kesucian ajaran MU. Karena ia suci, penyempurna Dienku maka  harus ditempuh dengan cara yang suci pula.

Yang tercinta ku puja Kau dalam setiap sujudku
dan dalam menunggu kuurai pengertianku
lewat beragam kisah
hingga nanti saat telah engkau sampaikan langkahnya kepadaku

Galau,Tuban, 23 November 2011