12.10.13

Wilkommen in Dresden

Ketika roda pacu berpisah dengan landansan maka episode baru kehidupan dimulai...
Yap episode baru saya sudah dimulai at least for next two years.  Setelah menempuh perjalanan almost 16 jam  flight dan 8 jam transit, sampai juga saya di Dresden, kota di Bagian Timur German ini. Emirat mengantarkan saya sampai ke kota Dussedolf setelah tentunya transit dulu di Dubai International airport. Selanjutnya Dussedolf- Dresden saya tempuh selama 45 menit dengan penerbangan lokal German, Air Berlin.

Saya memutuskan untuk naik Emirat karena beberapa pertimbangan. pertimbangan utama sebenarnya adalah bagasinya. jika lufthasa dan KLM cuma menyediakan 23 kg untuk bagasi dan 7 kg untuk kabin, maka emirat dan beberapa penerbangan timur tengah lainnya seperti Qatar dan Ejtihad  menyediakan 30 kg bagasi. Maklum karena mau pergi jauh dan tidak sebentar maka jumlah Kg bagasi ini menjadi sangat penting. Disamping karena dari dulu, memang pengen naik emirat karena tulisannya biasanya tertulis di jersey competisi liga utama di Eropa..hehehe*lol. 

Sebelum terbang ke Eropa saya sempatkan dulu pulang ke kampung halaman, bertemu dengan keluarga dan pamitan.Alhamdulilah sempat syukuran kecil-kecilan di rumah seraya menghaturkan doa untuk keselamatan dan kelancaran study saya selama di Eropa.  Dalam persiapan keberangkatan, waktu memang terasa berjalan begitu cepat. Pusing dan bahkan sempat nangis dengan ribetnya urusan birokrasi dan dokumen di negara kita tercinta ini, maklumlah akan melanjutkan kuliah di empat negara. Walaupun mereka sudah dibawah naungan Uni Eropa tetap saja tiap negara punya aturan sendiri-sendiri untuk izin permitnya. Belum lagi urusan beberapa pekerjaan di kantor dan Urusan rumah saya di Bogor. Alhamdulilahnya ada teman yang mau menempati rumah saya.Jadi urusan rumah beres hehehe.

Dan pada harinya saya harus berangkat, perasaan benar-benar campur aduk. Terlalu sulit dungkapkan, terlalu sulit untuk didefenisikan. Alhamdulilah kantor menyediakan mobil untuk mengantar saya ke soeta. Dan hari itu saya hanya ditemani sepupu yang kebetulan juga kuliah di IPB dan septi, sinyonya   yang menempati rumah saya. 

Ngek Ngok...kaget juga pas timbang bagasi. Ternyata bagasi saya hampir 35 kg..hehehe.  Dan pihak Emirat tidak mengizinkan kita untuk membawa bagasi lebih. bahkan kelebihan bagasi pun tidak mau dibayar. like it or not, yah terpaksa dibongkar deh tuh koper di bandara. Mengurangi hal-hal dirasa kurang penting. Setelah berfikir agak lama dan bongkar sana-sini akhirnya ketemu juga deh angka 30. Untungnya Ayu dan Septi teman saya belum pulang, sehingga kelebihan bagasi bisa dibawa pulang. 

Perjalanan Panjang pun dimulai,
Hari itu pesawat Emirat terlihat sangat padat sekali...hehehe kalo perjalanan panjang begini berharap kursi disebelah saya kosong jadi bisa agak berleha-leha. Tapi itu ternyata mimpi saudara-saudara. untungnya saya selalu dapat tempat duduk di row. karena kebiasan saya yang memang nga bisa jauh-jauh dari toilet. Disebelah saya ada dua orang wanita bule, yang pada akhirnya saya simpulkan bahwa mereka adalah pasangan sesama jenis. Sempat-sempatnya mereka ciuman hot di atas pesawat. sempat jijik juga melihatnya. Setelah 7 jam lebih pesat pun mendarat dengan sempurna di Dubai International Airport, setelah dalam perjalanannya pesat yang kami tumpangi menghadapi kendala cuaca yang cukup extreme. Baru kali ini naik pesawat yang pramugarinya berlari-lari dan diperintah untuk menghentikan seluruh aktivitasnya. Goncangan pesawat malam itu memang luar biasa dan itu berlangsung cukup lama.  Maklumlah emirat memilih jalur pesisir barat sumatera untuk  penerbangannya. dan setau saya daerah tersebut memang daerah dengan pembentukan awan yang sangat aktif. 

Transit untuk beberapa jam di Dubai International Airport. Wow... Bandara ini memang luar biasa. Jauh lebih besar dari Schipol menurut saya dan tentu dengan segala kemegahanya. saya harus transit beberapa jam di sini. Sebenarnya pengen tidur, merebahkan punggung seperti yang dilakukan banyak orang.  Dengan cueknya mereka bergelatakkan di ruang tunggu bandara. Tapi fasilitas yang disediakan memang cukup nyaman untuk itu. Cuma karena takut  kebabablasan, saya memutuskan untuk tidak tidur. To kill the time, Alhamdulilah ada wifi gratis jadi bisa menghubungi sanak keluarga dulu dan tentu up-date status dulu ciiiiiin.....xixixi...

Perjalanan kembali dilanjutkan untuk lebih kurang 7 jam kedepan. Alhamdulilah perjalanan Dubai_Dussedolf  cuaca sangat cerah dan pesat terbang dengan begitu tenang dan damai. :D.  Ternyata dan ternyata salah satu pramugari kali ini ada yang keturunan Indonesia. tepatnya ibunya orang Indonesia. Karena face saya yang mungkin sudah bisa ditebak dari mana. Makanya sang pramugari langsung bertanya. Setelah tau pasti saya dari Indonesia, sang pramugari tersebut pun menggunakan bahasa Indonesianya yang cukup lancar tapi masih dengan dialeg yang agak aneh hehehe.. Disela-sela pekerjaanya, saya dan sang pramugari sempat bercerita dan sebelum turun saya pun dibekali makanan yang buaaaanyaaak rek. Katanya buat bekal di Dussedolf. Maklum di Dussedolf saya akan transit untuk beberapa jam juga.  " ah...begitu banyak pertolongan, dan yakin Allah bersama saya" guman saya dalam hati. 

Untuk perjalanan selanjutanya Dussedolf-Dresden ditempuh dengan  pesat kecil Air Berlin.  Perjalanan ditempuh hampir 45 menit. Perjalanan Dussedol-Dresden ini saya benar-benar tepar. Jadi selama perjalanan saya tertidur dengan sempurna. Karena cuapek rek dan juga jam biologisnya harusnya sudah tidur karena itu jam 5 sore waktu German yang artinya jam 10 malam WIB. Alhamdulilah  mendarat selamat di Dresden. Hari itu mba astria yang juga EM awardee menjempuku ke Bandara. dan aku juga menginap dulu di asramanya mba astria karena datang pas minggu malam, maka belum bisa masuk asramaku.

Wilkommen in Dresden.. kota paling besar di German Timur..
Over all, aku suka kota ini. Tidak terlalu rame dan cocoklah untuk belajar. Barang-barang pun secara umum lebih murah dibandingkan dengan German Barat sana.  Dan enaknya di German,  dengan student card, transportasi gratis. Jadi lumayan bisa ngirit dan nabung hehhehe...
Tapi bahasa akhirnya menjadi kendala. karena memang tak pernah punya bayangan akan sekolah ke German, maka memang tak satu kosa kata pun yang saya mengerti..Awalnya beberapa bulan sebelum berangkat pengen les german dulu. Tapi nga kesampaian. Maklum ini german timur maka jangan heran jarang-jarang orang di sini menggunakan bahasa Inggris. akhirnya belanja dan aktivitas sehari-hari lainya dijalani dengan  bahasa Tarzan.  Akhirnya mau nga mau ambil kursus bahasa german di sini. Perlahan, satu per satu bisa dimengerti.hehehe... memang semuanya perlu waktu dan proses, so enjoy it.

Semoga enam bulan di sini bisa betah dan semuanya berjalan lancar ...amin 
"Oktober,2013. Lembah Peradaban ELBE"