Setiap perjalanan selalu melahirkan cerita berbeda. Merbabu sungguh meracuni hati dan fikiran gue dan gunung ini akhirnya ingin gue taklukkan untuk kedua kalinya seperti jatuh hatinya gue pada Rinjani dan Semeru. Merbabu, tak ada kata yang sanggup mewakli kemahadahsyatan gunung ini. Dahsyat rutenya, Dahsyat keindahannya dan tentu dahsyat orang-orannya. Seperti biasa, dalam perjalanan ini gue kembali bergabung dnegan anak-anak share traveller. Tragedi dimana kami harus ketinggalan kereta karena terlalu lambret saat turun adalah cerita hitam yang membuat cerita ini takkan terlupakan.
Gunung Mati yang masuk dalam wilayah Jawa tengah dan Jogjakarta ini ternyata memiliki 7 puncak dan bisa diakses dari banyak tempat. Karena keterbatasan waktu tidak semua puncak bisa kami jambangi. Tapi Itu pun sudah sangat lebih dari cukup. Kali ini kami mulai perjalanan dari pintu masuk Koppeng-Salatiga Jawa Tengah dan kami memilih jalur pulang melalui Selo, BoyoLali dan perjalanan kali ini kami ditemani seorang guide yang ternyata adalah salah satu mahasiswa UGM. Untuk ke Merbabu memang sangat dibutuhkan guide karena jalurnya yang banyak dan sangat beribet. It means resiko kesasar dan tersesat sangat tinggi.
Seperti biasa, sebelum menuju pos pendakian kami mempersiapkan semua bekal dan kebutuhan serta re-chek and re-packing. Kami mulai langkah perjalanan ini dengan langkah-langkah kecil, terengah dan kadang berhenti sejenak sekedar menghirup setetes air, menarik napas pelan atau kadang menjepretkan kamera mengabadikan jejak perjalanan. Kadang terdengar celoteh dan teriakan. yah itu lah melodi ketika menikmati alam ini.
Sunset dari tanjakan tajam menuju puncak menara |
Menjelang Magrib kami baru akan menapaki puncak menara. salah satu puncak di gunung merbabbu. dan rencananya di puncak inilah kami akan menghabiskan malam. Jalan menuju puncak menara ini tergolong sangat berat karena tanjakannya sangat tajam. Ketika berjuangan dengan napas tersenggal dan dengkul yang rasanya sudah tak bersahabat menapi tanjakan-tanjakan itu , seketika itu gue putar arah kepala untuk mengamati apa yang terjadi disekitar... Dan apa yang gue saksikan adalah pemandangan luar biasa. Gumpalan Awan dan percikan lembayung senja mempesona dan dari sisi yang berbeda kami pun bisa menyaksikan puncak gunung slamet, sindoro dan sumbing. Inilah enegergi yang kembali menyemangati perjalanan ini. Keindahan landscape yang akan selalu dirindu.
Awan, langit, dan lembayung senja. |
Hari kedua perjalanan kami mulai dari puncak menara. dari puncak ini kami harus menempuh jalan tipis kiri kanan jurang. Dan tapi ini lah sensasi dari perjalanan ini. Di sisi kiri dan kanan ini kami bisa menyaksikan lautan awan yang sangat indah. yaps the heaven of cloud. dan tak tangung-tanggung awan ini menemani perjalanan kami di hari kedua ini.
firman and cloud |
Lautan awan yang selalu menemani |
Puncak selanjutnya yang kami jambangi adalah puncak Syarif. dari puncak ini kita bisa menyaksikan gunung merapi dan awan-awannya yang juga tak kalah mempesona. Disini kami berfoto bersama menggunakan kostum lebaran. Maklum perjalanan ini seminggu menjelang Ramadhan. Yang cowok mengenakan baju koko, dan yang perempuan cukup menggunakan selendang pasmina. Tak hanya berfoto, disini kami pun mengabadikan sebuah video ucapan selamat memasuki bulan Ramadhan.
Liatlah Mereka beraksi |
Menjelang Sore, setelah bergulat dengan panas, debu dan jalur yang benar-benar tidak bersahabat kami berhasil menapaki kaki di puncak keteng songo. Yaps di puncak ini terdapat batu (keteng) yang jumlahnya 9 buah. Tapi tunggu dulu, tidak semua orang bisa menghitung keteng ini ada 9. Masing-masing kami pun menghitung dengan hasil yang berbeda. Konon katanya bagi siapa yang menghitung keteng ini ada 9 maka yang bersangkutan berpotensi untuk diberi kemampuan magic.
Menuju puncak Keteng Songo |
Setelah menapaki puncak Keteng Songo ini kami memutuskan untuk turun melewati perkampungan Selo-Boyolali. Dalam perjalanan menuju Selo kami pun masih disuguhkan oleh pemandangan indah lainnya yaitu padang savana. Sejauh mata memandang hijau dan kadang kilatan keemasan, perpaduan antara mentara dan hijaunya rerumputan sungguh menyejukkan mata.
Dan perjalanan ini harus berakhir dengan sedikit kecewa. Yaps kami ketinggalan kereta, padahal sudah beli tiketnya. Tapi bersama anak-anak share traveller, itu tak menjadi masalah. Bersama mereka dalam suka dan duka tetepa aja ketawa...yaps hidup memang ternyata harus dinikmati.
Tetap bersama kalian dunia indah sahabatku.
Salam alam, salam ransel dan salam lestari.....