Meskipun German bukanlah negara kepulauan, tapi tau kah anda German punya sebuah pulau kecil di laut utara yang bernama pulau Sylt. Pulau ini pun berlokasi di Utara German dan berdekatan dengan Denmark. Yaps dari Dresden, tempat ini harus kami tempuh dengan kereta dengan lama perjalanan lebih kurang 8 jam. Pada tahun 2009 Unesco pun menetapkan pulau ini sebagai salah satu warisan budaya, " world Heritage'. Pulau ini memiliki garis pantai 40 Km. Merupan wadden sea, dan zona intertidal dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Uniknya pulau ini terhubung dengan sebuah jembatan sepanjang 11 KM dari dataran German yang telah dibangung sejak tahun 1927an. Jadi menuju pulau ini kita tak perlu berkapal atau berkano ria.
Pada saat summer Pulau ini merupakan tujuan wisata favorite di German. Dan di pulau ini pun terdapat kompleks perumahan mewah yang tentu hanya dimiliki oleh para konglomerat. Konon katanya beberapa artis terkenal dunia punya rumah di sini. Segala fasilitas lengkap di sini. Bukan seperti pulau-pulau kecil di Indonesia. Sistem transportasi di dalam pulau ini pun sudah di design seperti transportasi di dataran German, dengan sarana dan prasarana yang super lengkap. Kalo punya rumah di sini, maka sudah ketauhuan deh level kekayaannya hehee. Karena disamping harganya yang maha dasyat, pajak rumah di pulau ini pun tak tangung-tanggung.
Pemerintah German telah mengeluarkan investasi yang tak tanggung-tanggung untuk membangun pariwisata di pulau ini. Maka hal ini mendorong mereka untuk melindungi pulau ini dari abrasi, ancaman badai dan kenaikan muka air laut. Bagaimana mereka melindungi pulau ini, sangat patut diancungi jempol. Dan itulah salah satu alasan mengapa pada akhirnya saya sampai ke pulau ini. kunjungan saya, dan teman-teman FRM3 ke pulau ini adalah untuk belajar dan melihat langsung bagaimana sistem perlindungan dan penjagaan pulau ini dari Banjir. Ini merupakan bagian dari matakuliah Flood Risk Managemen. Intinya di pulau ini kami melaksanakan workshop Coastal Flooding dan sekaligus melakukan study lapangan. Belajar sampir jalan-jalan.. namun faktanya jalan-jalan sambil belajar.. hehehe
Coastal Flooding Workshop
Workshop yang diikuti oleh 23 orang students ini dilaksanakan di sebuah vila, milik sebuah gereja di Dresden. Karena ini kepunyaan gereja jadi kami tidak perlu menyewa bangunan ini. Workshop ini di design disamping untuk menambah wawasan kami, tapi juga untuk menjalin kedekatan sesama kami. Jadi workshop yang dilaksanakan selama 4 hari ini memang harus melibatkan kerja sama pesertanya. Segala akomodasi kami laksanakan dan urus sendiri, termasuk dalam hal masak-memasak. Jadi kamipun punya jadwal piket siapa yang masak, siapa yang bersih-bersih, siapa yang belanja dan mengurus tetek bengek lainnya.
Workshop ini pun dimulai dengan pemberian wawasan oleh seorang profesor dari Gent University yang intinya menjelaskan bagaimana perlindungan pulau Sylt ini dari coastal flooding dari pendekatan hydrology dan engineering. Sebuah pembahasan yan cukup menarik. Dan setelah itu kami pun mendapatkan materi yang sama tapi dengan perpekstif yang berbeda yaitu dari pendekatan social dan ekonomi. Yaps at the end we came up with the integrated understanding about this island. Setelah mendapatkan materi tersebut kami yang memang sudah dibagi perkelompok, harus melakukan presentasi dengan mengkombine materi yang didapat dengan study pustaka dan literature. Namun sedikit berbeda, presentasi yang biasa dilakukan dengan slide power point maka kali ini kami harus melakukan presentasi dengan menggunakan poster. Membuat poster dalam waktu 3 jam itu adalah sebuah challenge yang menuntut kami memang harus membagi tugas dengan baik. Walau dengan napas tersenggal-senggal akhirnya tiga kelompok pun bisa mempresentasikan posternya.
Selesai dengan challenge pertama maka kami pun berlanjut dengan challenge kedua.. yaps yang kedua ini kami harus menyusuri pantai, mengamati berbagai komponen perlindungan pantai di sini. Dan kemudia mengkombine informasi tersebut dengan materi yang telah kami dapat. At the end kami pun harus melakukan presentasi, tapi kali ini dengan presentasi seperti biasanya. Secara garis besar itulah kegiatan utama workshop ini. di akhir acara sebelum kami pulang kami pun diajak ke sebuah museum tentang rekam sejarah dan perkembangan pulau sylt.
Fakta tentang Sylt Island
Keindahan Pulau Sylt
Yaps tak pernah terbayangkan oleh saya, bahwa pada akhrinya saya bisa menikmati sebuah keindahan pulau kecil di German ini. untuk tujuan wisata pulau ini memang di desain sangat apik dengan pasir yang bersih. walaupun sebenarnya pasirnya yang bersih bukan karena kondisi alamnya, tapi mereka dalam jangka waktu tertentu melakukan pencucian terhadap pasir-pasir di beberapa pantai yang menjadi tujuan utama para turis. Dan untuk melakukan itu biayanya tak tanggung-tanggung mamen...
Untuk alasan keindahan dan perlindungan, pemerintah pun membagi daerah ini beberapa zona. Zona perlindungan dimana di zona ini tidak boleh dibangun bangunan apapun, zona wisata dimana di zona ini terdapat beberapa fasilitas wisata seperti vila, kafe dan restoran dan teralhir adalah kawasan pemukiman dan fasilitas umum lainnya seperti sekolah dan rumah sakit.
Vila-vila di pulau ini pun dibangun dengan arsitektur yang unik. Dengan atap seperti ilalang membawa imaginasi kita bahwa bangunan-bangunan ini sangat dekat dengan alam. Lokasi satu vila dengan vila lainya pun cukup berjauhan. Sehingga sangat menjaga sekali provasi tamu yang menginap di vila ini. Intinya ini tempat paling cocok buat honeymoon hehehe. Hehehe.. tapi sewanya nga nahan booo..
Disanping itu satu hal lain yang menjadi ciri khas sylt adalah mercusuarnya. Dan tak heran di postcard2nya menara ini selalu menunjukkan dirinya.. hehehe.. Mercusuarnya tidak terlalu tinggi dengan bentuk kerucut dengan warna belang-belang merah dan putih. Dari kejauhan mengabadikan keindahan mercusuar ini merupakan tantangan tersendiri.
Fakta tentang abrasi
Sylt tersusun oleh sedimen lepas yang berasal dari proses glassiasi.
Kondisi ini menyebabkan perpindahan sedimen rata – rata 4 meter per
tahun oleh angin, sangat dinamis untuk area seluas 91 km2. Pada saat
terjadi badai di musim dingin, muka air laut naik rata – rata setinggi 3
meter. Pada 1870 – 1952, garis pantai mengalami kemunduran sejauh 0,9
meter/tahun dan meningkat menjadi 1,5 meter/tahun untuk periode 1952 –
1984. Sebuah badai besar pada tahun 1984 menyebabkan kemunduran garis
pantai sepanjang 20 meter di bagian selatan Pulau Sylt atau setara
dengan hilangnya setengah juta m3 sedimen.
Lembaga riset bernama Alfred Wegener Institut dan Nature Science Center
pun didirikan untuk mengamati kondisi terkini dan memberikan informasi
serta pendidikan bagi masyarakat tentang proses alam yang telah, sedang
dan akan terjadi di Pulau Sylt. Waktu akan terjadinya pasang – surut dan
badai diumumkan kepada masyarakat secara berkala. Lembaga riset bersama
pemerintah, LSM dan wartawan serta pihak – pihak yang terlibat lainnya
saling bekerja sama sesuai peran masing – masing. Bencana alam memang
tidak bisa dicegah, tetapi mengurangi dampak yang mungkin terjadi
merupakan kewajiban bersama untuk melindungi masyarakat.
Perlindungan daerah pesisir
Perlindungan daerah pesisir sudah dilaksanakan sejak 130 tahun yang
lalu. Flood defence yang dibangun di sini terdiri dari natural defences seperti foreshore, dunes, bank and beaches. sedangkan made man defences yang dibangun adalah dikes, walls, dan wave breakwater. Untuk pembangunan breakwater dan seawall menelan biaya sekitar 2,15 miliar euro.
Coastal dune di pulau sylt ini kebanyakan adalah sand dunes yang ditanami beberapa varietas grasses
seperti jenis Ammophila arenaria dan Leontodon sp. Untuk mengganti sedimen yang hilang,
pasir dari laut pun dihisap dan disalurkan menuju pantai melalui pipa
khusus. Total 36 juta m3 pasir telah ditransportasikan dengan biaya 3,5
juta euro per tahun. Disanping itu dalam waktu berkali beach nourishment pun dilakukan
sejarah perlindungan pulau sylt
tahun 1867: pembangunan groins
tahun 1906: pembanguan sea wall
tahun 1960 : tetrapode
Tahun 1968: Beach nourishment
Disamping pembanguan fisik, pemerintah pun memberikan edukasi tentang abrasi, coastal flooding dan hal-hal terkait. Early warning system dan real time control pun sudah dibangun dan semuanya telah berfungsi dengan baik
Lalu bagaimana dengan perlindungan pulau-pulau di Indonesia
Setelah mengunjungi pulau ini, saya pun bertanya pada diri saya sendiri sebagai seorang yang dilhairkan di negara kepulauan yang konon katanya punya lebih dari 13.000 pulau. Jika kita coba-coba membandingkan, maka memang kita tertinggal cukup jauh dalam hal perlindungan ini. Sebagai contoh pembangunan dike di utara jakarta saja, pemerintah tidak mau membiayai, padahal kenaikan muka laut semakin jelas dan land subsidence di jakarta bagian utara telah mencapai angka 7,5 cm pertahun. Maka jakarta tenggelam adalah hal yang sangat mungkin dan tinggal menunggu waktu jika kita memang tak berbuat apa-apa. Berapa banyak nyawa manusia di kota metropolitan jakarta yang harus dipikirkan keselamatannya dari sea disaster seperti coastal flooding dan kehilangan lahan-lahan kita. And the end memang saya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa nyawa di negara kita memang tidak terlalu dihargai sementara di negara maju let say German, satu nyawa manusia itu sangat berharga kawan.
Kadang saya pun sadar, selalu membandingkan keadaan Indonesia dengan negara-negara yang saya kunjungi memang tak baik adanya. Tapi jika itu buat kebaikan kita mengapa kita tak mencobanya.
Dan tiba-tiba rindu memantai di hangatnya khatulistiwa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar