Gunung slamet dari Batu raden Purwokerto
Keinginan untuk menuju puncak Slamet bermula dari perjalanan menaklukkan puncak tertinggi di Jawa Barat (Gunung Ciremai-Red) , medio 2010 lalu. Tepatnya ketika aku dan beberapa rekan sampai di pos pengasingan. Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah itu terlihat begitu menggoda…samar-samar ia terlihat di balik awan, seketika hati kecilku pun berguman sometime i'll be there…hmm. Beberapa kali rencana batal berkenaan dengan status slamet yang ditutup untuk pendakian. Dan akhirnya Desember 2010 akupun menghirup butiran oksigen dan menapaki bongkahan batu cadas di puncak slamet itu.
Slamet dari Pos pengasingan Gunung Ciremai Juni 2010
Gunung slamet penuntas pendakianku di tahun 2010. Semua rasa menyatu, mengharu biru antara percaya dan tak percaya berada di tanah tertinggi di Jawah tengah dan tanah tertinggi ke dua di pulau Jawa itu . Perasaan yang ingin selalu ku ulang dalam kehidupanku, disaat-saat jerih payah, kelelahan dan penat terbayarkan oleh sebuah rasa kemenangan. Dua kali sempat terbesit keinginan untuk tidak melanjutkan perjalanan, karena kondisi yang rempong. Tapi motivasi dari kalian guys (Slamet tim-red) mengalahkan kerempongan itu. Pelajaran moral : bahwa dalam hidup kita butuh motivator, maka pandai-pandailah mencari motivator bagi diri kita.
Dari stasiun senen cerita bermula. Tell the truth ini adalah kunjungan pertama saya ke stasiun ini. Kehidupan stasiun selalu tak saya suka, semraut, bising dan manusia kadang berulah sesuka perutnya. Kereta Progo…oh Progo..merasakan juga akhirnya, Benar-benar tidak lebih manusiawi dari KLR Bogor –Jakarta. Potret kemiskinan bangsa. Hm mengantarkan saya berada pada perbedaan dimensi waktu 10 tahun bahkan 15 tahun lalu dari trem-trem yang sempat saya jajaki in the other side. Oh Indonesia..ingin saja saiya keluar pergi jauh darinya…;P, tapi disini saiya dilahirkan. Maybe its my chance to be hero for my country..hua..ha….Garuda akan selalu di hatiku…
Kedatangan kami di stasiun Purwokerto disambut oleh mentari yang sudah menyingsing dan mas wondo dari Raden Pala yang langsung membawa kami ke basecamp raden Pala di Batu Raden . Mas Wondo and the gank yang akan memandu kami dalam perjalanan menuju puncak slamet . Setelah re-packing kami pun di briefing dan sedikit diperkenalkan dengan medan yang akan kami tempuh.. Perjalanan dimulai dengan berdoa dan seperti biasa, foto bersama.
Sebelum berangkat (foto by niko)
Rute pertama yang kami tempuh adalah objek wisata Batu Raden. Terbayang, nanti setelah muncak, turun dan langsung mencebur di pemandian dan curug di batu raden ini..tapi semua ternyata tinggal bayangan…:p. Setelah melewati kawasan wisata batu raden , kami melewati hutan pinus dengan jalur yang jelas seperti anak tangga yang berbatu. Lumayan licin juga… melewati hutan semak dan belukar . Tak banyak rute yang terekam oleh kepalaku. Maklum sudah benar-benar rempong. Yang ku ingat hanyalah banyakknya pacet yang menghisap buliran darah-darah segarku. Perjalanan terasa lebih berat karena jalur yang kami lewati adalah jalur yang jarang dilewati pendaki. kebanyakan pendaki lebih memilih jalur bambangan. Pemilihan jalur Batu Raden ini kami lakukan karena jalur batu raden adalah satu-satunya jalur yang dibuka pada saat itu . Yaps Slamet saat itu masih dalam kondisi Siaga. tapi karena penasaran, status itu tidak kami hiraukan.
Wisata batu raden
Menjelang sore, hujanpun turun. Perjalanan ini terasa semakin dan semakin berat. kondisi fisikku benar-benar down. rasanya pengen pulang dan turun saja....tapi teman-teman yang lain terus menyemangatiku. Suasana Heavy rain and paceto-paceto serta bentangan hutan tropis slamet benar-benar mengingatkan ku akan suasana gunung raja basa yang sempat kami daki di pertengahan tahun 2010. Seteleah bercengkarama dengan cipratan hujan serta menikmati aliran udara dingin ditubuh masing-masing kami pun memutuskan untuk bersitirahat di pos tentara dan akhirnya pun memutuskan untuk ngecamp disana.
tiga dara berbaju merah di hutan belantara:p (foto by firman)
Tak banyak yang kami lakukan malam itu, hanya memasak, makan dan langsung beristirahat, karena dini hari akan melanjutkan perjalanan summit attach. Sayang sekali malam itu tak dapat kunikmati dengan tidur indah, batuk dan kerongkongan gatal menyerangku. Hmm. Dan malam itu sempat terbesit besok pagi saiya tak akan melanjutkan perjalanan menuju puncak..hanya akan berdiam di camp.
Menuju Puncak.
Niat yang semula tidak akan muncak berubah begitu saja ketika pukul 02.00 WIB saiya dibangunkan. karena kondisi yang lebih baik, Perjalanan menuju summit saiya lakukan. Jalurnya benar-benar susah, bahkan ada yang sudah tertutup karena sudah lama tak didaki. tak hanya itu pohon-pohon tumbang semakin memberatkan perjalanan ini. kira-kira pukul 07.00 wib kami sampailah di pos terakhir, pos plawangan. yah ini adalah pos yang masih ada pepohonannnya, sebelum memasuki alam terbuka dengan tanjakan batu cadas. disinilah kami beristirahat sejenak untuk sarapan pagi. Menurut info di pos ini tersedia sumber air...tapi setelah kami cari-cari yang ada hanya sumur kecil itupun kondisinya tidak layak...di dalamnya ada kaos kaki. Karena kamisangat butuh air, akhirnya air itulah yang kami masak. he..he.. sekali-kali menikmati kopi kaous kaki.
akhirnya kami menikmatinya
bersulang air kaos kaki (foto by firman)
Perjalanan beratpun dimulai. Mendaki batu Cadas. awalnya medannya tidak terlalu sulit, batuannya masih utuh sehingga kuat untuk dipegang dan diinjak. tapi semakin bertambah ketinggian, kemiringannya semakin ekstrim, batuannya semakin rapuh dan angin pun bertiup sangat kencang. harus extra hati-hati, kesalahan kecil akan fatal akibatnya. kiri kanan jurang dengan batuan yang sangat tajam.
batuan cadas menuju puncak dengan awannya yang indah (foto by niko)
Pukul 10.00 wib saiya pun menghirup udara puncak Gunung Slamet. Sujud syukur pasti... Bau Balerannya sangat pekat sekali. Kami tak punya banyak waktu di puncak ini. Pukuul 11 siang kami sudah tidak diperkenankan berada di puncak. karena pukul 11 keatas udara di puncak ini membentuk siklon dan tidak bergerak. itu menyebabkan konsentrasi balerang yang cukup tinggi dan dapat menyebabkan kematian.
Seperti biasa kami melakukan ritual berviktory drink dan foto-foto. Yaps kali ini kami sepakat muncak dengan memakai batik.
di puncak slamet berbatik ria
sesaat di puncak
firman dan bibir kawah puncak slamet (foto by niko)
keindahan puncak Slamet (foto by niko)
Perjalanan terberat yang pernah kurasakan...terima kasih buat slamet tim, terutam untuk firman yang telah menjadi motivator bagi perjalananku kali ini....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar