|
kapal menuju Tomok Samosir |
Pulau Samosir adalah tujuan perjalananku selanjutnya. Dari Perapatan Merek perjalanan aku lanjutkan menuju Pematang Siantar. Yaps Sepadan yang ajib-ajib kembali menjadi armada yang kupilih. Merasakan sensasi luar biasa sopir batak di negerinya sendiri. Benar-benar lihai bo...Sayang pagi itu aku sedikit kurang beruntung, armadanya penuh, dipenuhi oleh anak sekolah dan ibu-ibu yang akan berjualan di pasar. akhirnya Berdiri menjadi pilihan. Untunglahh kejadian itu tak berlangsung lama. Dari pematang siatar perjalanan kulanjutkan menuju Prapat. Pelabuhan tiga raja itulah nama pelabuhan yang kutuju untuk menuju samosir.
Sedikit agak berlari aku menuju kapal yang akan membawaku. karena bunyi pluit telah didendangkan pertanda kapal akan berangkat. Dengan napas tersenggal akhirnya aku duduk di sebuah bagian terbuka
kapal itu. semilir angin danau toba cukup menyegarkan suasana yang memang cukup panas siang itu. Langit biru dengan hiasan awan cumulus menambah keindahan danau toba. Kira-kira 40 menit kapal yang kutumpangi pun merapat di Tomok yang merupakan pintu gerbang masuk ke Samosir.
Ketika baru turun dari kapal seorang pemuda menawarkan jasanya padaku untuk mengantarkan ku kebeberapa tempat di samosir. Tawar menawar pun terjadi. akhirmnya kami dapatkan kesepakatan harga 20.000 per jam. Setelah mengumpulkan informasi akhirnya aku memutuskan untuk mengelilingi pulau Samosir. Lumayan lama 4 jam lebih waktu ku habiskan untuk menaklukkan pulau ini. tapi puas karena aku bisa memangdang danau Toba dari segala penjuru pulau ini. Bisa melihat pelosok dan sudut-sudut samosir yang memang masih jauh tertinggal. mudah-mudahan pemekaran kabupaten Samosir menjadi langkah baik bagi kemajuan pulau ini.
Bukit Panatapan
Inilah sebuah perbukitan sekitar 900 dari permukaan danau Toba. Masyarakat setempat kebanyakan menyebutnya bukit panatapan karena keindahan danau toba tertanggkap sempurna jika di lihat dari bukit ini. Dari tomok tempat ini bisa dijankau kira-kira 40 menit dengan jalan banyak yang rusak. Udara disini pun semakin dingin dibandingkan dengan tomok. Dalam perjalanan menuju bukit ini ternyata ada air terjun tapi ketika ku tanya namanya penduduk setempat puntak tau namanya apa.hm...di samping air terjun ini ada sumur kecil yang dianggap sedikit sakral oleh masyarakat setempat. "air untuk berdoa" mereka menyebutnya.
|
danau toba dari panatapan |
|
bergaye di danau tobe..he..he.. |
Aik Tonanng
ini tempat selanjutnya yang kusinggahi. yah ini adalah keajaiban bagi masyarakat Samosir. Ada danau di atas danau. Lumayan luas dengan airnya yang tenang makanya dinamakan aik tonang. Lama aku menikmati angin sepoi-sepoi di danau ini. Tempat ini ramai di kunjungi pada malam minggu. karena pada malam tersebut banyak acara digelar di tempat ini.
|
ain nak tonang...(air yang tenang) |
Sisi lain masyarakat Samosir
Sepanjang perjalanan di daerah pedalaman hanya sisi-sisi ketertingalan yang kudapati. rumah-rumah se adanya dengan ukuran kecil menjadi pemandangan di daerah yang tak ku tau namanya apa. di warung pun banyak kutemukan laki-laki yang sedang minum tuak dan mabok-mabok. Dari mas ojek yang membawaku kudapatkan banyak cerita tentang kebiasaan mabuk-mabuk sebagian besar laki-laki di daerah itu. Udara dingin menjadi alasan mereka. karena dengan mengkonsumsi tuak akan menghangatkan tubuh mereka. Dan yang membuatku sedikit terkaget adaalah jumlah keturunan penduduk setempat yang jumlahnya aduhai. Dan untuk membuktikan keterkagetan ku sang tukang ojek mengajakku mampir di salah satu rumah penduduk yang jumlah anaknya 17 orang. ow..ow...ow...banyak pertanyaan berkecamuk difikiranku tentang anak 17 itu tapi ya sudahlah...terlalu panjang waktu untuk membahasnya...
Tomok dan sekitarnya
Di Tomok tempat pertama yang ku kunjungi adalah museum. Museum ini berbentuk sebuah rumah adat dan didalamnya di pamerkan segala macam bentuk peninggalan suku batak mulai dari pakaian, peralatan rumah tangga, peralatan perang dan mata uang. tidak terlalu lama aku di sini karena tempatnya kecil. Sempat berfoto-foto menggunakan pakaian daerah setempat.
Pertunjukkan sigale-gale menjadi tujuan berikutnya. Beruntunglah hari itu ada rombongan SMP yang menyewa si gale-gale. jadi aku tidak perlu mengeluarkan kocek untuk menikmati salah saru kesenia batak ini dan sempat juga ikut menari bersama pengunjung lainnya.
|
satu padu dalam pertunjukan sigale-gale |
Stone Chair/ Ambarita
Spot selanjutnya yang kukunjungi adalah Stone Chair/Ambarita setengah jam dari Tomok, masuk kearea kompleks, langsung melihat jejeran rumah panggung khas batak, diantara rumah itu ada yg satu dijadikan rumah contoh yang bisa dimasuki, sisanya masih berpenghuni, didalamnya ada alat kebutuhan hidup sehari2-hari seperti kompor dari pasir, alat tenun, kain ulos juga ada alat musik semacam gamelan tersaji, kain2 ulos ini juga ternyata juga dijual. Dipekarangan ada meja perundingan lengkap dengan bangku dari batu yang berindangkan pohon besar, dibelakangnya ada contoh patung manusia dari kayu terpasung letaknya ada dibawah pendopo rumah panggung, sedang didepannya tepat diatas bukit tersedia rumah besar seperti pendopo untuk pertemuan-pertemuan. Didalam kompleks ini juga ada meja perundingan namun kalau diteliti lagi disini juga terdapat eksekusi pemenggalan kepala diatas mejanya lengkap golok untuk memenggal, seorang guide sempat menawarkan jasa contoh pengeksekusian.
|
jejeran rumah panggung adat batak |
|
stone chair... |
|
stone chair dan tempat pemenggalan kepala |
Sayang perjalanan saya kesini menjadi kurang nyaman oleh ulang pedangan yang memaksa untuk membeli produknya. Demi rasa kasihan dan karena terpaksa agara bisa ke luar dari area itu akhirnya aku membeli sebuah baju. Seperti dugaanku baju itu hanya bertahan dua kali pakai. setelah itu yah sobek-sobek. sedikit ketidaknyamananku. tapi ini penting untuk kita perhatikan demi kemajuan wisata indonesia ini. But whatever inilah seni dalam perjalanan.