Disinilah semua rasa berpadu, semua warna menyatu. Disinilah catatan-catatan itu kukumpulkan. berharap semuanya bisa menjadi inspirasi dan spirit bagiku untuk menjalani kehidupan yang tentu tidak mudah..... dan semoga lebih dari itu halaman-halam ini pun bisa memberi semangat dan inspirasi buat semua........
Huaha, my blog, Finally I come back. Rindu sangat itu pasti, almost 6 bulan tidak bercerita dan berbagi dengan mu. Sedikit agak bingung dengan penampilanmu yang berubah..
Rutinitas dan segala kesibukan memang harus di akui membuat semangat menulisku turun drastis bahkan mungkin sampai titik nadirnya (mengenaskan memang:p). Namun bila diselidiki lebih dalam, alasan mendasar sebenarnya adalah kemalasan. Andaikan kemalasan adalah kertas pasti sudah kuremuk-kuremukan dan kubuang jauh-jauh dari hidup ku. Dan malam ini, ditengah dingin yang benar-benar mencekam (almost 3 Decree Celcius), mencoba melawan seagala kemalasan di hati, menyapa mu blog ku, merangkai kembali simponi kata yang sempat terbiarkan begitu saja. walau sebenarnya, nga tau juga mau menulis dari mana.
Banyak tawa, tangis, kecewa, dan keajaiban yang terjadi paling tidak selama 6 bulan belakangan ini. Jalan hidup kita memang tidak akan pernah kita tau. Banyak harapan dan rencana hidupku berlalu begitu saja. Berbagai kegagalan sempat menumpahkan air mata kecewa. Kenyataan, memang harus diterima dengan hati yang lapang. "mungkin ini belum yang terbaik", menjadi kata pamungkas untuk membasuh segala luka di hati. Tapi Allah memang maha Adil. Ditengah begitu banyak kekecewaan ternyata ada begitu banyak gelak dan tawa yang menyertai. Banyak ke ajaiban yang tak pernah terbayangkan terjadi.
Kegagalan untuk menunaikan setengah dien ku di tahun ini, adalah cerita pertama yang sangat menyayat hati. tangis akhirnya mengekpresikan rasa ketika mulut tak mampu lagi mengungkapkannya. belajar banyak dari semua peristiwa yang dijalani ini. Yah dalam pangdangan Allah, mungkin aku memang belum layak dan pantas untuk didampingi oleh seorang pangeran berkuda putih. aku masih punya banyak power dan kekuatan untuk menjalani hidupku sendiri. hiks..hiks..
kegagalan untuk segera memulai masterku adalah bagian kecewa berikutnya. kadang memang apa yang sudah di tangan, belum tentu milik kita, kita masih butuh usaha untuk menggemgannya. . Diterima di salah satu program beasiswa bergensi di negara impian ternyata belum cukup untuk memulai impianku. Sangat menyakitkan memang, gagal berangkat setelah mengikuti pre-departure. tapi sekali lagi aku yakin ada hikmah yang tak terkira dibalik semua itu.
Dan saat ini, berada di Busan, sebuah kota di ujung selatan negri gingseng adalah bagian cerita yang tak pernah terkira sebelumnya. Alhamdulilah mendapatkan kesempatan training dan semua akomodasi ditanggung oleh penyelenggara yaitu APEC Climate Center (APCC). inilah drama kehidupan yang memang kita tak pernah kukira. Awalnya tak menyangka akan lulus pada program ini karena memang mengapply last minute dan informasinya pun ku dapat dari salah satu teman via facebook. Untunglah persyaratannya tidak terlalu susah, hanya mengisi formulir pendaftaran dan surat rekomendasi.
Berada di busan ini, kembali menegakkan kepalaku. Masih banyak harapan-harapan besar kehidupan terbentang ke depan. Stop thinking about the past and don't worry
to much about what's going to happen in the future. Your presence is a
present, so live for today, and appreciate everyone and everything you
have. Stop thinking about what you don't have, what you wish you had,
and who walked out of your life. Think about what you have, who you have
in your life and how fortunate you are. Someday, someone will walk into your life and make you realize why it never worked out with anyone else.
Merbabu Akhirnya tercatat sebagai gunung terakhir yang gue daki di tahun 2011 dan sampai saat ini pun masih tercatat sebagai yang terakhir. Yaps sejak juli 2011 sampai sekarang belum ada gunung yang tertaklukkan karena berbagai alasan dan kesibukan. Jangan ditanya betapa rindunya gue pada maha dahsyatnya udara puncak gunung. Rindu dan sangat merindu. Mudah-mudahan masih diberikan kesempatan tahun ini, mumpung sudah mulai musim kemarau. Masih banyak list gunung yang menanti; tambora, kerinci, argopuro, papandayan dan gunung-gunung lainnya.
Setiap perjalanan selalu melahirkan cerita berbeda. Merbabu sungguh meracuni hati dan fikiran gue dan gunung ini akhirnya ingin gue taklukkan untuk kedua kalinya seperti jatuh hatinya gue pada Rinjani dan Semeru. Merbabu, tak ada kata yang sanggup mewakli kemahadahsyatan gunung ini. Dahsyat rutenya, Dahsyat keindahannya dan tentu dahsyat orang-orannya. Seperti biasa, dalam perjalanan ini gue kembali bergabung dnegan anak-anak share traveller. Tragedi dimana kami harus ketinggalan kereta karena terlalu lambret saat turun adalah cerita hitam yang membuat cerita ini takkan terlupakan.
Gunung Mati yang masuk dalam wilayah Jawa tengah dan Jogjakarta ini ternyata memiliki 7 puncak dan bisa diakses dari banyak tempat. Karena keterbatasan waktu tidak semua puncak bisa kami jambangi. Tapi Itu pun sudah sangat lebih dari cukup. Kali ini kami mulai perjalanan dari pintu masuk Koppeng-Salatiga Jawa Tengah dan kami memilih jalur pulang melalui Selo, BoyoLali dan perjalanan kali ini kami ditemani seorang guide yang ternyata adalah salah satu mahasiswa UGM. Untuk ke Merbabu memang sangat dibutuhkan guide karena jalurnya yang banyak dan sangat beribet. It means resiko kesasar dan tersesat sangat tinggi.
Seperti biasa, sebelum menuju pos pendakian kami mempersiapkan semua bekal dan kebutuhan serta re-chek and re-packing. Kami mulai langkah perjalanan ini dengan langkah-langkah kecil, terengah dan kadang berhenti sejenak sekedar menghirup setetes air, menarik napas pelan atau kadang menjepretkan kamera mengabadikan jejak perjalanan. Kadang terdengar celoteh dan teriakan. yah itu lah melodi ketika menikmati alam ini.
Sunset dari tanjakan tajam menuju puncak menara
Menjelang Magrib kami baru akan menapaki puncak menara. salah satu puncak di gunung merbabbu. dan rencananya di puncak inilah kami akan menghabiskan malam. Jalan menuju puncak menara ini tergolong sangat berat karena tanjakannya sangat tajam. Ketika berjuangan dengan napas tersenggal dan dengkul yang rasanya sudah tak bersahabat menapi tanjakan-tanjakan itu , seketika itu gue putar arah kepala untuk mengamati apa yang terjadi disekitar... Dan apa yang gue saksikan adalah pemandangan luar biasa. Gumpalan Awan dan percikan lembayung senja mempesona dan dari sisi yang berbeda kami pun bisa menyaksikan puncak gunung slamet, sindoro dan sumbing. Inilah enegergi yang kembali menyemangati perjalanan ini. Keindahan landscape yang akan selalu dirindu.
Awan, langit, dan lembayung senja.
Hari kedua perjalanan kami mulai dari puncak menara. dari puncak ini kami harus menempuh jalan tipis kiri kanan jurang. Dan tapi ini lah sensasi dari perjalanan ini. Di sisi kiri dan kanan ini kami bisa menyaksikan lautan awan yang sangat indah. yaps the heaven of cloud. dan tak tangung-tanggung awan ini menemani perjalanan kami di hari kedua ini.
firman and cloud
Lautan awan yang selalu menemani
Puncak selanjutnya yang kami jambangi adalah puncak Syarif. dari puncak ini kita bisa menyaksikan gunung merapi dan awan-awannya yang juga tak kalah mempesona. Disini kami berfoto bersama menggunakan kostum lebaran. Maklum perjalanan ini seminggu menjelang Ramadhan. Yang cowok mengenakan baju koko, dan yang perempuan cukup menggunakan selendang pasmina. Tak hanya berfoto, disini kami pun mengabadikan sebuah video ucapan selamat memasuki bulan Ramadhan.
Liatlah Mereka beraksi
Menjelang Sore, setelah bergulat dengan panas, debu dan jalur yang benar-benar tidak bersahabat kami berhasil menapaki kaki di puncak keteng songo. Yaps di puncak ini terdapat batu (keteng) yang jumlahnya 9 buah. Tapi tunggu dulu, tidak semua orang bisa menghitung keteng ini ada 9. Masing-masing kami pun menghitung dengan hasil yang berbeda. Konon katanya bagi siapa yang menghitung keteng ini ada 9 maka yang bersangkutan berpotensi untuk diberi kemampuan magic.
Menuju puncak Keteng Songo
Setelah menapaki puncak Keteng Songo ini kami memutuskan untuk turun melewati perkampungan Selo-Boyolali. Dalam perjalanan menuju Selo kami pun masih disuguhkan oleh pemandangan indah lainnya yaitu padang savana. Sejauh mata memandang hijau dan kadang kilatan keemasan, perpaduan antara mentara dan hijaunya rerumputan sungguh menyejukkan mata.
Dan perjalanan ini harus berakhir dengan sedikit kecewa. Yaps kami ketinggalan kereta, padahal sudah beli tiketnya. Tapi bersama anak-anak share traveller, itu tak menjadi masalah. Bersama mereka dalam suka dan duka tetepa aja ketawa...yaps hidup memang ternyata harus dinikmati.
Terinspirasi menulis cerita ini setelah melihat liputan tentang Toraja di salah tv swasta. Sempat gagal beberapa kali ,akhirnya bulan juni tahun kemaren (2011) punya kesempatan untuk ber-solo trip menuju segumpal tanah unik yang berjarak sekitar 300 KM darikota makasar.Sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampui itulah kalimat yang tepat menggambarkan trip ini. Yaps perjalanan ini aku lakukan setelah menyelesaikan tugas survey 10 hari di kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Rombongan survey yang sebenarnya berjumlah 5 orang memutuskan untuk segera pulang ke Bogor, tapi tidak dengan ku. Dengan tekad bulat dan membaja aku extend dua hari menuju toraja termasuk waktu untuk perjalanan pergi dan pulang menuju makasar. Waktu yang sangat-sangat kurangsebenarnya, bahkan sebagian temanku menganggapnya sebagai pekerjaan konyol. :D
Karena hanya 2 hari, aku memutuskan menyewa mobil sendiri menuju Toraja. Menggunakan kendaraan umum tidak memungkin. Dan beruntung, driver, pak Andi, yang kami gunakan untuk survey sangat mengerti tentang toraja. Tanpa pikir panjang akhirnya aku putuskan pak andi jadi teman dan guide perjalananku selain alasan keamanan tentunya. Karena track recordnya sudah teruji.
Perjalanan di mulai dari makasar. Dalam waktu 8 jam, kami sudah bisa berada di kota rantepao sebagai ibu kota kabupaten toraja utara. Salah satu keuntungan menyewa mobil sendiri adalah bisa mengekplore kota-kota yang dilewati seperti pare-pare dan engrekang. Dua kota ini cukup berkesan juga buat ku. Dari engrekang perjalanan yang dilalui semakin menanjak dan berkelok-kelok. sampailah di salah satu panorama yang sayang dilewatkan. Orang kebanyakan menyebutnya bukit nona. Konon katanya bukit ini mirip kelamin perempuan. Tapi saya tidak bisa menangkapnya..lemot kali ya. Nah sepanjang jalanan bukit nona ini, banyak warung-warung yang patut dan harus disinggahi sekedar menyeruput kopi hangat...slurrrrrp nikmatnya.
Bukit nona, Engrekang
Sangat disayangkan juga tidak semua tempat yang di list bisa dikunjungi. Tapi sungguh sangat terkesan dengan budaya toraja. Waw Indonesia itu benar-benar kaya saudara-saudara. Semakin cinta dan cinta deh. Tempat pertama yang aku kunjugi adalah lemo. Karena dari arah makasar ini adalah tempat wisata yang aku temui pertama kali. Siang itu, lemo sangat sepi, maklum lagi gerimis. Hanya bertemu dengan satu turis eropa yang merupakan seorang arkeolog. Jadilah perjalnan semakin asyik dengan cerita-ceritanya.
lemo
Lemo
Lemo, ini adalah salah satu karya suku toraja yang kukagumi. Gambar Lemo ini pertama kali, kulihat di kalender salah satu produk rokok waktu SD puluhan tahun lalu. Dan tak disangka dan diduga sampai juga aku di hadapan pemakaman yang dikenal sebagai rumah para arwah ini. Intinya lemo adalah pemakaman pada sebuah dinding batu konon katanya ada 75 lubang. Dibagian depan dinding lemo ini dipasang replika orang-orang yang dimakamkan di lubang batu itu (disebut tau-tau). Konon katanya pakaian dari tau-tau akan diganti pada upacara adat Ma-Nene.
Kettesu
Waw tempat ini yang paling ku suka dari perjalanan ke Toraja ini. Ini adalah komplek perumahan adat toraja yang masih asli yang umurnya tentu sudah sangat tua. Disini kita bisa menyaksikan jejeran rumah adat toraja yang terdiri dari tongkonan dan lumbung padinya. Disini juga ada tempat upacara pemakaman (rante), kuburan purba dan makam-makam modern yang masih tetap menggambarkan budaya tanah toraja. Kuburan purba di belakang kettesu ini merupakan situs pemakaman tebing dengan pemakaman gantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar.
kettesu
Kettesu dalam sketsa hitam dan putih
situs pemakaman tebing di belakang kettesu
Londa
Hampir mirip dengan lemo, londa adalah salah satu pemakaman purba dengan dinding berbatu dan tau-tau. Di dalamnya terdapat banyak tengkorak yang berserakan. Konon katanya susunan peti jenazah di susun berdasarkan silsilah keluarga. Dari beberapa literatur yang sempat ku baca, panjang gowa ini mencapai 1 km, untuk bisa menjelajah sampai 1 km ini diperlukan perizinan dan persyaratan khusus. Tapi jangan cemas, kita bisa kok masuk dalam gua ini tapi hanya sampai kedalaman tertentu. Di depan goa banyak penduduk setempat yang menyewakan lampu sekaligus sebagai guide yang menjelaskan sedikit banyaknya tentang londa.
Pintu masuk Londa
Seberapa banyak orang yang telah dimakamkan di londa ini bisa diketahui dari jumlah tau-tau yang digantung di depan goa ini. Yang bisa dimakamkan di londa ini adalah petinggi di toraja tentunya dan harus melalui upacara adat Tallulolo. Konon upacara ini sangat menarik dan terkenal seantero. Dan yang fantastis, untuk upacara adat ini ahli waris harus menyediakan minimal 24 kerbau..wow.....
Tengkorak di dalam londa
Hari kedua di toraja hanya bisa ku explore beberapa jam saja. Karena harus mengejar penerbangan jam 6 sore. Cukup berkesan menikmati malam di kota rantepao..cukup dingin kala itu. Tapi bagi muslim memang harus hati-hati dalam memilih makan. Jika ragu, tanyakan saja rumah makan muslim dimana. Penduduk disana dengan senang hati akan menjawab.
Batutumonga
Pagi hari perjalanan ku lanjutkan menuju puncaknya Toraja, batutumonga. Sayang sekali, cuaca kurang bersahabat. Seharusnya dari batu tumonga ini kita bisa melihat kota toraja dari ketinggian. Tapi hari itu aku hanya melihat kabut dan awan. Sepanjang perjalanan kita bisa melihat rumah-rumah adat toraja, dan jejeran batuan yang dijadikan sebagai tempat pemakaman. Di daerah ini terdapat 56 menhir dengan susunan yang sangat unik. Karena waktu, perjalanan yang masih menggantung ini harus diakhiri.
situs pemakaman di batutomonga
hamparan sawah di batutumonga
KAMBIRA
KAMBIRA
Dalam perjalanan pulang menuju makasar, aku masih sempat mengunjungi kambira (burrial cave). Ternyata tempatnya jauh dan gara-gara kambira ini, aku nyaris ketinggalan pesawat. Untung pak andi sopir yang sangat lihai mampu menembus makasar dalam waktu 6 jam. But whatever, aku merasa tak rugi mengunjungi tempat ini. Dari salah satu liputan hotspot trans-tv ku ketahui bahwa kambira adalah salah satu bentuk pemakaman terunik di dunia.
pohon Tarra
Tempatnya hanya sederhana, sebatang pohon yang dipagiri...tapi cerita adat dan budayanya yang menjadikannya unik. Pohon ini ternyata bernama pohon tarra dengan umur hampir 300 tahun. Pemakaman kambira ini hanya ditujukan untuk bayi-bayi meninggal disaat belum tumbuh gigi. Pohon kayu tara ini dilubangi, setelah dimasukkan mayat bayi, pohon ini akan ditutup dengan pelepah enau dan dipasak dengan ijuk, jumlah ijuk ini konon katanya menunjukkan strata sosial. Pemakaman di kambira ini pun dilaksanakan dengan rangkain upacara yang unik pula.
disinilah bayi-bayi itu dimakamkan
Kambira akhrinya mengakhiri perjalanan ku di toraja. Sebelum benar-benar meninggalkannya, ku sempatkan untuk menikmati minumam jus khas toraja, jus terung belanda (Jus tamarella). Sueger rek, walau sedikit kecup:p. Kesimpulan dari perjalananku, suku toraja benar-benar unik karena proses pemakaman dan perkuburannya. All about kematin. Yaps ternyata kehidupan ini memang untuk kematian...
Melanjutkan cerita yang tertunda tengtang negeri batas. Setelah menikmati malam di penginapan sekedarnya yang jauh dari kata layak, pagi itu kami coba mengamati kehidupan sekitar Entikong. Penginapan kami hanya berjarak 50 meter dari perbatasan. Ini sungguh memudahkan kami untuk mengamati kehidupan di negeri batas. Pemandangan pertama yang kami liat adalah kantor imigrasi dan kantor karantina pertanian dimana salah seorang temanku bertugas. Kantor imigrasinya tergolong cukup sederhana dibandingkan kantor imigrasi disebelahnya. Dari wajah dan tampang petugas di sana secara kasat mata pun terlihat bahwa mereka memang lebih baik dari kita. Tapi cukup disayangkan tempat ini tidak boleh diabadikan dalam bidikan kamera. ketika aku mengeluarkan kamera seorang petugas disana langsung menghampiri ku dan menyampaikan larangannya. sampai saat ini masih belum menemukan jawaban kenapa tidak diperbolehkan mengabadikan gambar di daerah ini.
Kantor Karantina Pertanian Entikong
Kantor Imigrasi di perbatasan ENTIKONG-TEBEDU
Setelah mengamati bangunan di negeri batas ini kami pun mengamati masyarakat yang lalu lalang di pintu batas ini. Setelah bertanya-tanya pada beberapa orang ternyata mereka adalah penduduk Entikong yang akan berangkat kerja di negara sebelah. Info lain menyebutkan mereka kebanyakan bekerja pada sektor perkebunan terutama sawit. Keren yah mereka, kerja aja harus beda negara. :p Dan yang lebih menyedihkan adalah bahwa di negeri batas ini bahasa melayu malaysia lebih kentara terdengar dibandingkan bahasa indonesia atau bahasa dayak. Transaksi perdagangan pun lebih banyak menggunakan ringgit dibandingkan dengan rupiah. Sebagian dari masyarakatpun lebih memilih untuk berbelanja ke kota Khucing dibandingkan Pontianak. disamping harganya murah, akses ke kota Kuching pun terasa lebih mudah dibandingkan ke kota Pontianak.
Suasana Perbatasan yang sempat terekam
Yaps inilah yang banyak di alami oleh masyarakat di perbatasan. Tentang rasa Nasionalisme dan tuntutan kehidupan. Negeri-negeri kita di ujung-ujung peradaban memang harus di akui jauh tertinggal dari tetamgga sebelah. Jauh dari kata layak secara kemanusiaan. ketika mereka mencoba mencari penghidupan ke negeri tetangga mereka pun diklaim tidak nasionalis. Dilema penduduk perbatasan kelangsungan hidup atau hidup dalam keterbatasan demi sebuah kata nasionalisme?
Pada negeri batas inilah sejatinya kita bisa melihat siapa dan bagaimana kita dibandingkan tetangga. Yang pasti jika berdiri di garis batas Entikong ke arah kota Kuching, kita bisa melihat jalanan yang rapi, mulus dan indah tapi jika kita coba memutar badan ke arah Pontianak pemandangan sebaliknyalah yang akan kita lihat. Inilah cerita yang harus menjadi pelajaran terutama buat ku bahwa kita ternyata masih sangat jauh tertinggal dari negeri tetangga ini. Dan saya akhirnya memahami mengapa orang-orang di negeri batas ini lebih memilih menghabiskan hidupnya untuk negara tetangga.
Menju Entikong
Dan tiba-tiba aku pun tertegun siapakah yang peduli mereka? kapankah peradaban di perbatasan ini akan berubah...hmmmmmm saat ini hanya cuma bisa mereniung. belum bisa lebih dari itu...:D
Huaha waktu sudah mengalir saja ke tahun 2012. Tiba-tiba aku tersentak dan sedikit terkaget. Begitu cepat dan teramat cepat. Sementara masih banyak ceceran mimpi, tugas, hutang dan tanggung jawab yang masih harus diselesaikan. Lagi-lagi hanya berguman andaikan waktu yang kita miliki lebih banyak dari tugas dan tanggung jawab yang kita punya. hu..hu...berdoa dan berharap semoga menjadi manusia yang lebih bijak dan efektif memanfaatkan waktu... toh dalam kitab suciku Allah pun telah menyampaikan pesannya untuk kita...tapi lagi- lalai dan lalai.
Lalu suatu siang beberapa waktu yang lalu, profesorku tiba-tiba bertanya, bagaimana tahun 2011 bagi hidupmu. Tertegun sebentar mencoba menelaah pertanyaan pak prof. karena nga nyangka pertanyaan itu keluar dari mulutnya. biasanya selalu bertanya nga jauh-jauh tentang report dan paper. kujawab pertanyaan yang masih terasa asing itu, sebenarnya lebih ke curcol sih..he..he..(aji mumpung ...ada yang dengarin gundahan hati :P ). "Jika ku coba mengkalkulasi hanya 30 % dari mimpi dan harapan yang terwujud di tahun 2011. sempat kecewa dan bahkan sempat sedikit berputus asa. but come what may, i would do the best. Tapi luar biasa pak , aku mendapatkan sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ini akhirnya mampu menghapus kekecewaan dihati. Akhirnya saya percaya akan kata-kata keadilan pak, gagal di satu bagian, insyallah dipermudah dibagian yang lain".Si bapak hanya manggut-manggut mendengarkan curhatan nga jelas dari ku. Tapi setelah itu si bapak kembali bertanya report yang selalu membuatku pusing...hu..hu....
Tak lama setelah itu tiba-tiba si bapak melanjutkan pertanyaannya...then what next plan? dan tidakkah kamu memikirkan untuk segera menikah?. Huaha pertanyaan ini terasa lebih memusingkan dari report dan paper. Hanya bisa tersenyum dan terdiam menanggapi pertanyaan si bapak. "semua akan datang, jika kamu dinilai sudah siap untuk menjalaninya" si bapak menimpali. Timpalan si bapak mengakhiri pertemuan siang itu...Dalam hati aku berguman; berarti aku memang belum siap yah untuk menjalaninya...
Dialog kecil inilah yang kadang dibelakannya membawa ku pada pikiran panjang. termasuk dengan orang-orang yang setia dan tulus membimbingku. celoteh sederhana yang kadang hanya disampaikan dengan kata singkat dan sulit dimengerti. Tapi itulah cara mereka mengajariku.