“Negeri kita, negeri gempa nak”, Itulah kalimat yang pernah disampaikan ibuku ketika kecilku. Gempa bukanlah hal yang asing bagiku. Bahkan saking seringnya gempa, dirumahku terdapat alat patokan untuk memastikan apa yang terjadi itu gempa atau tidak. Jika perasaan kami mengatakan ada gempa, maka kami akan memastikan pada patokan tersebut. Jika patokan tersebut bergoyang maka benar itu gempa. Finally, dari kalimat ibuku yang mengatakan “negeri kita negeri gempa nak”, aku mencoba membahas struktur geologi daerahku. Menjelaskan dan memahaminya secara ilmiah. Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber termasuk salah satunya dari catatan kuliah yang pernah kudapatkan. Kebetulan pernah mendapatkan matakuliah pengantar geosains.
Indonesia secara umum adalah daerah rawan gempa. Setiap menit, seismograf mencatat terjadinya gempa di Indonesia. Tetapi tidak dirasakan oleh manusia, lantaran kekuatannya relatif kecil. Namun, bila berada di atas 4 skala richter baru bisa dirasakan getarannya. Bila berbicara tentang Sumatra Barat, sudah pasti jawabannya adalah salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Itu terjadi akibat, Pulau Sumatera berada di atas patahan besar Sumatra atau patahan semangko. Daerah di Sumatera Barat yang menjadi episentrum dan yang menjadi patahan utama. Seperti mulai dari Muara Sipongi-Panti-Lubuk Sikaping-Ngaraik Sianok-Pinggiran Danau Singkarak-Gunung Talang-Danau Di Atas dan Di Bawah-Air Dingin-Muaro Labuh-Gunung Kerinci. Oleh sebab itu, masyarakat yang berada dalam kawasan tersebut harus berhati-hati dan tetap waspada setiap saat.
Daerah yang berbold hitam tersebeut adalah daerah ku. Cukup unik memang. Jika terjadi gempa tektonik dan vulkanik di dearah kerinci jambi, maka daerahkupun bergetar, jika dari muko-muko Bengkulu, daerahku juga ikut bergetar, jika dari kota padang daearahku juga ikut bergetar. Dan jika kota solok gempa vulkanik akibat gunung talangnya maka daearahku juga bergetar.
Patahan ini sudah lama terjadi, sebelum Sumatra ini terbentuk. Terjadinya patahan akibat dari patahan/sesar transform (geser) yang bersumber dari dasar laut. Patahan semangko itu dimulai dari Teluk Semangko di ujung Sumatra sampai ke Teluk Andaman di Pulau Nicobar. Sampai di teluk tersebut, spreading (pemekaran). Dari sinilah, sumber terjadinya pergerakan lempeng kulit bumi karena adanya magma yang keluar ke permukaan.
Terdapat pertemuan dua lempeng besar di Pulau Sumatera, lempeng Samudra-Hindia-Australia dan lempeng Eurasia atau disebut juga lempeng benua. Ketika magma bergerak memberikan tekanan ke lempeng Samudra Hindia-Australia dan tekanan itu semakin lama semakin kuat. Sementara lempeng Eurasia cenderung bersifat pasif. Karena tekanan yang terus semakin kuat, sehingga terjadi beberapa patahan. Akibat patahan tersebut terlepaslah energi yang selama ini tersimpan dan menghasilkan gempa. Patahan itulah yang menjadi episentrum gempa.
Patahan ini ada di daratan maupun di lautan. Bila terjadi gempa akibat dari patahan di darat maka akan menimbulkan akibat kerusakan yang amat parah. Apalagi episentrumnya, sangat dekat atau beberapa kilometer kedalamannya. Dan ini, tak menyebabkan terjadinya tsunami. Lain hal, bila gempa terjadi akibat patahan di laut bisa berpotensi tsunami. Tapi tidak selalu, tergantung kepada kondisi atau bentuk patahan yang terjadi. Bila patahan itu turun alias terjadinya penurunan pada dasar laut yang cukup jauh, maka akan terjadi tsunami yang cukup hebat. Tetapi, bila patahan itu dalam bentuk pergeseran saja maka itu tak apa-apa, tak ada terjadi tsunami kecuali gelombang pasang yang cukup besar 1-2 meter.
Banyak penyebab tsunami selain patahan. Contohnya, letusan gunung berapi baik yang muncul maupun di dasar lautan. Di samping itu, longsor besar di dasar laut. Besarnya gelombang laut yang dihasilkan, hampir sama saja tergantung besarnya kekuatan masing-masing yang terjadi.
Wallahu a’lam, tak satu pun alat canggih yang bisa memprediksi kapan itu terjadi. Atau ilmu manusia pun, tak sanggup untuk mengetahuinya. Semuanya. bisa terjadi kapan saja sesuai kehendak yang Maha Kuasa. Tinggal dari kitanya saja menyikapi dengan baik. Bila berbuat yang baik, sesuai dengan perintah Tuhan mungkin musibah atau bencana itu bisa ditunda atau tak bakal terjadi. Lain hal, bila manusia sudah merusak dan berbuat maksiat serta keingkaran di muka bumi, maka sesuatu yang menakutkan itu pasti bakal terjadi.
Lempeng Samudra Hindia-Australia telah mengalami pergeseran hingga 11 sentimeter setahun. Sementara, lempeng benua di sekitar pulau-pulau Mentawai mengalami pergeseran 2-3 sentimeter setahun. Jadi yang paling ditakuti saat ini, bila terjadi patahan hebat pertemuan dua lempeng besar di palung Mentawai tersebut antara lempeng Erusia dan lempeng Samudra Hindia Australia.