Berbicara iklim maka kita akan bebicara dimensi waktu yang panjang dan dimensi keruangan/spasial yang sangat besar pula. Data panjang unsur-unsur iklim yang juga merupakan unsur cuaca menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dielakkan. Semakin panjang data yang tersedia maka diyakini akan menghasilkan analisis iklim yang semakin baik pula. Sebagai seorang yang berkecimpung dalam bidang iklim dan cuaca, saya sangat sedih dan prihatin melihat record data iklim di Indonesia. Bahkan untuk mendapatkan 30 tahun data terakhirpun kadang terlalu sulit. ini tentu berbeda dengan negara-negara yang memang aware terhadap iklim dan cuacanya, mereka punya record data yang sangat panjang bahkan ratusan tahun. Nah lo?
Di indonesia tercatat beberapa lembaga yang terlibat dan berperan dalam dunia iklim dan cuaca diantaranya:
1. BMKG, ini jelas. karena memang BMKG adalah lembaga yang telah diberikan tugas pokok dan fungsi untuk itu. BMKG berkembang sangat pesat setelah ia menjadi lembaga pemerintah non departemen, keluar dari struktur Departemen Perhubungan. Dulu mungkin banyak yang bertanya apa itu BMG dan apa itu meteorologi. Tapi saat ini coba tanya siapa yang tak kenal BMKG? he...apalagi kalau ada bencana banjir, kekeringan, gempa, badai, maka informasi dari lembaga ini paling dicari. terlepas dari akurat atau tidaknya informasi tersebut. Tentu ini menjadi tantangan bagi lembaga ini.
2. LAPAN. disamping BMKG Lapan pun mempunya record data iklim. bahkan lembaga ini pun mengeluarkan prediksi cuaca harian. Tapi metode yang digunakan berbeda dengan BMKG. Sesuai dengan tugas dan fungsinya juga sepertinya mereka lebih banyak menggunakan data dari citra satelit dan inderaja.
3. Depertemen Pekerjaan Umum. Departemen pekerjaan umum juga memiliki stasiun cuaca dan stasiun hujan yang menyebar di seluruh indonesia. Data-data ini tentu sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian juga memiliki stasiun iklim dan pos hujan yang menyebar di sentra-sentra pertanian di Indonesia. Informasi ini sangat penting untuk penentuan waktu tanam, pola tanam, kalender tanam, perkiraan hama dan penyakit dll
5. Perguruan Tinggi. Beberapa perguruan tinggi yang juga mempunyai record data iklim dan cuaca adalah ITB dan IPB. Yups inilah dua perguruan tinggi yang mempunyai jurusan Meteorology. Record data mereka ini tentu lebih banyak digunakan untuk proses belajar
Realitas Stasiun Cuaca saat ini.
Pemerintah indonesia sejak dulu kala (kayak lagu...he..) telah menghabiskan anggaran yang lumayan besar untuk pengadaaan stasiun iklim maupun pos hujan. bahkan kadang itupun didapat dari hibah luar negeri yang itu artinya adalah hutang bangsa ini. Tapi sayang stasiun yang ada tidak dirawat dan dijaga. akibatnya stasiun tak lagi punya record data. informasi dan data hilang dan terputus tentu ini akan mempengaruhi hasil analisis iklim.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi adalah adanya beberapa pihak yang mencuri beberapa komponen stasiun cuaca. Konon katanya adalah masyarakat sekitarnya untuk dijual diloakan dengan harga yang tentu bisa kita tebak..Sayang sekali....padahal biaya yang dikeluarkan sangat besar.
Sebelum lebaran kemaren saya, beberapa orang balitklimat dan pak budi, perekayasa dari BPPT melakukan survey untuk pemasangan AWS telemetri, yaitu AWS yang datanya bisa di akses setiap jam melalui telepon gengam. AWS ini diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan tentang data iklim dan cuaca. Kegiatan ini dibiayai dari SINTA (sinergisitas penelitian Pertanian dan DikTI). Kami mensurvey daerah Indramayu. Daerah ini menjadi titik yang dipilih di Jawa Barat. Selanjutnya akan dilakukan di Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur. Bahkan dalam survey ke Jawa tengah kemaren, melibatkan tim dari BMKG.
BMKG sendiri pun telah memasang banyak AWS. Tapi sebarannya masih dominan di pulau jawa. AWS ini menghasilkan data perjam yang bisa diakses oleh semua orang dengan internet dengan alamat http://aws-online.bmg.go.id/bmg/aws/. AWS ini belum menggunakan prinsip telemetri.
Di indonesia tercatat beberapa lembaga yang terlibat dan berperan dalam dunia iklim dan cuaca diantaranya:
1. BMKG, ini jelas. karena memang BMKG adalah lembaga yang telah diberikan tugas pokok dan fungsi untuk itu. BMKG berkembang sangat pesat setelah ia menjadi lembaga pemerintah non departemen, keluar dari struktur Departemen Perhubungan. Dulu mungkin banyak yang bertanya apa itu BMG dan apa itu meteorologi. Tapi saat ini coba tanya siapa yang tak kenal BMKG? he...apalagi kalau ada bencana banjir, kekeringan, gempa, badai, maka informasi dari lembaga ini paling dicari. terlepas dari akurat atau tidaknya informasi tersebut. Tentu ini menjadi tantangan bagi lembaga ini.
2. LAPAN. disamping BMKG Lapan pun mempunya record data iklim. bahkan lembaga ini pun mengeluarkan prediksi cuaca harian. Tapi metode yang digunakan berbeda dengan BMKG. Sesuai dengan tugas dan fungsinya juga sepertinya mereka lebih banyak menggunakan data dari citra satelit dan inderaja.
3. Depertemen Pekerjaan Umum. Departemen pekerjaan umum juga memiliki stasiun cuaca dan stasiun hujan yang menyebar di seluruh indonesia. Data-data ini tentu sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian juga memiliki stasiun iklim dan pos hujan yang menyebar di sentra-sentra pertanian di Indonesia. Informasi ini sangat penting untuk penentuan waktu tanam, pola tanam, kalender tanam, perkiraan hama dan penyakit dll
5. Perguruan Tinggi. Beberapa perguruan tinggi yang juga mempunyai record data iklim dan cuaca adalah ITB dan IPB. Yups inilah dua perguruan tinggi yang mempunyai jurusan Meteorology. Record data mereka ini tentu lebih banyak digunakan untuk proses belajar
Realitas Stasiun Cuaca saat ini.
Pemerintah indonesia sejak dulu kala (kayak lagu...he..) telah menghabiskan anggaran yang lumayan besar untuk pengadaaan stasiun iklim maupun pos hujan. bahkan kadang itupun didapat dari hibah luar negeri yang itu artinya adalah hutang bangsa ini. Tapi sayang stasiun yang ada tidak dirawat dan dijaga. akibatnya stasiun tak lagi punya record data. informasi dan data hilang dan terputus tentu ini akan mempengaruhi hasil analisis iklim.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi adalah adanya beberapa pihak yang mencuri beberapa komponen stasiun cuaca. Konon katanya adalah masyarakat sekitarnya untuk dijual diloakan dengan harga yang tentu bisa kita tebak..Sayang sekali....padahal biaya yang dikeluarkan sangat besar.
Sebelum lebaran kemaren saya, beberapa orang balitklimat dan pak budi, perekayasa dari BPPT melakukan survey untuk pemasangan AWS telemetri, yaitu AWS yang datanya bisa di akses setiap jam melalui telepon gengam. AWS ini diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan tentang data iklim dan cuaca. Kegiatan ini dibiayai dari SINTA (sinergisitas penelitian Pertanian dan DikTI). Kami mensurvey daerah Indramayu. Daerah ini menjadi titik yang dipilih di Jawa Barat. Selanjutnya akan dilakukan di Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur. Bahkan dalam survey ke Jawa tengah kemaren, melibatkan tim dari BMKG.
BMKG sendiri pun telah memasang banyak AWS. Tapi sebarannya masih dominan di pulau jawa. AWS ini menghasilkan data perjam yang bisa diakses oleh semua orang dengan internet dengan alamat http://aws-online.bmg.go.id/bmg/aws/. AWS ini belum menggunakan prinsip telemetri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar