16.3.09

Biak edisi 4: Pertemuan Dengan Yanel







15 Maret setahun yang lalu kita bertemu nek, di sebuah pelataran Bandara Franskaisiepo Biak. Pada subuh yang masih kelam, bersama pak suradi kakak menjemput nenek. Kita tak pernah bersua sebelumnya, hanya bercerita panjang lebar melalui telpon. Padahal kita berasal dari negeri yang sama, negeri rumah gadang nan sambilan ruang, gunung sansai bakuliliang he… tapi biak lah yang akhirnya mempertemukan kita


Setelah sempat mencari dan menelpon eh ternyata nenek sudah menunggu di pelataran. Agak ragu kakak menghampiri nenek. “Ini Yanel ya” kata kakak waktu itu dan yanel langsung menyahut “ ini kak yeli ya”. “Yap ini yeli” kata kakak sambil bersalaman tanda awal kebersamaan kita. Yang pasti hanya wajah bingung yang kakak liat dari nenek.


Itulah detik-detik pertama pertemuan kita nek. Hari pertama nenek di biak, kita makan nasi sebungkus berdua, tapi setelah itu ternyata makan nenek banyak bangat. He…ampe dapat julukan flasdisk. malam pertama nenek di biak pun dikunjungi sama pak romadi, maulana, mas adi dan pak bambang. Bercerita banyak di depan pintu rumah bu sin. Sambil minum kopi yang akhirnya seluruh kopi kepunyaan bu sin ludes sudah…truz dengan segala keluguann akhirnya nenek dikerjaian sama mas adi. Dasar mas adi memang dari dulu hobynya Cuma ngerjain orang….he…..sampai nenek bingung yang mana mas adi dan yang mana maulana. Kakak benar-benar geli melihat ulah mas adi itu. Malah malamnya mau datang lagi mau ngantarin firman yang katanya penasaran ama nenek. Untung ga jadi.he…


Sekarang beralih kecerita kesasar, di biak kesasar malu-maluin aja. Tapi itulah yang sempat kita alami. Kakak yang salah sih. He…maklum sok tau yah begitu deh jadinya nek. Malah ngajakin malam hari lagi, nga sadar kalo ini papua bung. He…untung ada heri yang bersedia nemani kita akhirnya.



Setelah itu hari-hari adalah milik kita nek. Semuanya kita lewati bersama. Makan di merpati sambil negecengi polisi-polisi yang lagi jaga rumah kapolres Biak, ngecengin orang-porang angkasa pura, merpati dan garuda. Yang kadang dengan menu alakadarnya. Tapi dari pada nga makan karena tidak ada pilihan lain.


Masih ingat tanggal 4 April nek? Itulah hari yang paling kakak ingat…hari dimana pertama dalam hidup kita dikerjain dan dikejar orang mabuk. Huff………ini negeri koteka ei……negeri miras……..negeri dengan endemic malaria dan HIV. Yah hari pertama dapat ucapan cinta dari pak bram he..he….Kejadian itu mengentarkan dinding ketakukatan, meluluhlantakkan kekuatan kakak untuk dapat menjalani hari-hari selanjutnya.


Malamnya peristiwa yang lebih menakutkan terjadi. Pak bram datang ke rumah dan mengejar kita. Berlari kencang bercampur takut, akhirnya kita ke kantor meminta perlindungan. Yang ada waktu itu di kantor hanya mas ady. Tapi tak lama berselang orang-orang sekomplek turun dan menyelesaikan masalahnya. Sampai ada tetesan air mata segala di run way bandara itu. Yah bersyukur kita masih punya teman-teman yang masih peduli. Dan bahkan bersedia menemani kita malam itu di rumah bu sin.



Hari-hari kita kepantai. Masih ingat nek, bagaimana kakak menghilang di tengah pantai bosnik. Hiks…kepala kakak membentur karang nek. Di sinilah kita menjadi model dadakan. Miring kanan, miring kiri………cisssssssssssssssssss………




Akhir cerita hidupk kakak di biak pun berakhir di pantai bosnik. Bersama pak agung….
Lalu tentang ketakutan-ketakutan, waktu kita di telp karena selalu pulang malam. Mas ady yang ikut terlibat dalam cerita ini. Belum lagi ulah kakak dengan agar-agar. Kompor itu nek………………..hah dasar kompor bikin pusing aja…..Tentang rumah dinas……..huffffffff berat memang perjuangan kita nek. Kadang jadi sedih kalo ingat saat-saat itu. Bapak dan si abanglah yang akhirnya jadi pahlawan kita untuk masalah rumah. Hari-hari kita ke pasar membeli perlengkapan rumah baru kita. He…. Salut deh ama nenek dalam hal tawar menawar. Benar-benar orang padang asli. Dan peristiwa lain yang bikin kakak geli yaitu tentang es krim. He….nga tau tuh kenapa malam itu kakak jadi ngidam es krim, ampe bapak bela-belain ke Hadi nyariin es krim.


Rumah kita apa kabar sekarang nek, walau kakak kurang dari satu bulan tinggal disana tapi kakak masih bisa membayangkan sudut-sudut rumah itu, dinding-dindingya yang kita tempelein foto hasil printnan kita secara gelap-gelap dikantor . Kupu-kupu lucu menempel di pintu kamar kita…he….disitu jua kakak sempat bercengkrama dengan anak-anak kecil, tessa, lingga dan irfan.


Lalu detik-detik keberangkatan kakak, kakak nga nyangka nek hari itu kakak kan pergi. Bagaimana akhirnya nenek bantuin kakak ngambil barang pulang ke rumah. Kakak berssama mas dian dan nenek sama pak bambang. Akhirnya cerita kita benar-benar berakhir nek dengan pelukan dan tangisan kita di ruang tunggu bandara itu.


Nenek tetap semangat ya……..jangan pernah melihat bagaimana orang lain. Nek, yakinkan dengan ajaran agama kita bahwa tuhan itu maha adil. Suatu saat akan ada saatnya buat nenek, kita tak pernah tau scenario Allah buat kita.


nih puisi tanda perpisahan kita nek


Rasanya baru kemaren kita bersama memulai perjuangan dalam jalan ini.
Rasanya baru kemaren kita saling berbagi di sini,

Tapi kini
Semuanya harus terakhiri dalam waktu yang kita tak mengerti.
Akhir sebagai awal perjuangan yang kadang tidak kita pahami.
Atas semua perhatian dan cinta kasih sayang pernah terlintas diantara kita,
Izinkan aku mengucapkan terima kasih yang tulus kepadamu saudaraku.
Terima kasih untuk hati yang pernah membuat aku tersenyum
Terima kasih untuk senyum yang pernah membuat aku bahagia
Kau adalah harta terbesar dari kehidupan yang miskin hari ini.
Ketika ketulusan dicabut dari hati-hati manusia,
engkau hadir dengan senyum ikhlas dan doa keselamatan.
Dari lubuk hati yang paling dalam menyeruak satu sumpah, sebagai bagian dari rasa syukur yang agung.

Semua terasa begitu hambar
Tapi kuyakinkan diriku bahwa semua tak pernah berakhir dengan kepedihan
Aku hanyalah bagian kecil dari hidup mu
Tapi aku harap itu adalah sebuah kisah yang selalu membekas di lubuk hatimu

Tak perlu resah akan keisengan angin
membawa kabar duka Karena hari akan segera terang
mengiring langkah yang semakin jauh

Tak ada yang bisa kuberikan kecuali doa dan cinta.
Selamat berjuang…….
Selamat berkelana dengan mimpi-mimpi mu
Semoga kita masih bisa bertemu dalam lintasan doa yang kita lantukan di setipa waktu
Maafkan aku atas segala alfa ,
dan segala ketidakmengertianku akan dirimu

Tetaplah berkata saudaraku walau terbata-bata
Teruslah melangkah walau tertatih-tatih
Sedikit kerjamu adalah saham bagi perdaban yang akan berubah
Meski beribu tahun lagi,….walau seribu generasi lagi.
Bukan untuk kesombongan atau bermegahan tetapi untuk disadari bahwa Allah telah menetapkan Jalan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar