Masih segar dalam ingatan kita peristiwa yang terjadi Rabu pagi, 20 Mei 2009, pukul 6.30, kabar duka datang dari Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat Hercules TNI Angkatan Udara C-130 mengalami musibah. 90% penumpangnya meninggal dunia dalam keadaan yang sangat tragis, dan satu diantaranya adalah Eva Yuliandari.
Setelah membaca email dari sebuah mailing list tentang kehidupan Eva maka sungguh tergerak hatiku untuk kembali menuliskan kisah hidup Eva diblogku ini. Semoga kisah ini benar-benar mejadi penggugah bagi kita ternyata masih ada orang-orang yang berjuang dengan segala idealismenya. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah bu Mus masa kini dan ada yang mengatakan dia adalah pendidik terbaik dan wanita terbaik negeri ini.
Eva menyelesaikan pendidikannya di jurusan pendidikan akutansi Universitas Negeri Jakarta tahun 2007. Persentuhannya dengan tanah papua dimulai dengan keisengannya mendaftar untuk KKN di Papua. Akhirnya keinginannya yang sempat ditentang oleh orang tuanya terwujud. Dia menghabiskan masa KKNnya di sebuah pedalaman papua, di Walesi, Wamena.
Sebuah daerah yang benar-benar belum tersentuh modernitas, bahkan di daerah ini masih banyak ditemui penduduk yang menggunakan koteka.
Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada seorang guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena memang satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu persatu guru mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak mampu bertahan di daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang memprihatinkan membulatkan keinginan Eva untuk kembali ke Papua.
Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga karena pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat dibutuhkan.
Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu, mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua, dia harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena persoalan sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar sekolahan yang akan menampung Eva sebagai guru relawan.
Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas yang lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka Merah Putih sedang berkibar!. Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya untuk memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya bilang bahwa rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan kaki.
Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi beragama sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah pengalaman reliji yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling menghormati antar sesama.
Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu memutus ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap hari memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu perasaannya sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan impian untuk hidup lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah bukanlah sebuah kata, namun mantra yang yang selalu bergaung di benaknya. Tanah koteka telah memanggilnya....
Perjuangannya cukup berliku untuk memajukan dunia pendidikan, hingga akhirnya ia terpilih menjadi pemudi pelopor pendidikan kota Bekasi tahun 2007.
Biodata Eva Yuliandari:
Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma Tiga Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3 Bekasi lulus tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4 Bekasi dan menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun sebagai guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat [PKBM), sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2 tahun. Pada tahun ajaran 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela SD Swasta di Bekasi. Bulan Juli 2006 mendirikan pusat belajar masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya & Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM KIMBIM PONDO sewaktu melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di PAPUA.
Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua.
herculezzzzz itu....
Dan keberangkatannya ke papua dengan herculez C-130 itu adalah kebahagiaan besar baginya. dia membawakan pakaian bekas murid-muridnya di jakarta untuk dibagikan buat murid-muridnya di wamena, tak hanya itu ia pun membawa buku-buku bekas dan berbagai macam alat peraga pembelajaran. dan kabar yang paling membehagiakanya adalah dia sudah diangkat menjadi cpns di tanah Wamena itu.
kisah hidupnya di papua pun sudah ia tulis dalam bentuk buku. sedikit kisahnya ini pun diceritakan oleh seorang penulis yang membimbingnya untuk menuliskan kisah hidupnya itu. Yah walau bukunya belum selesai namun pembimbingnya itu berusahan akan menerbitkan kisah hidup eva di tanah Papua itu. Karena katanya banyak semangat, inspirasi dan perjuangan yang bisa diambil dari kisahnya itu.
seperti yang dituturkan:
Eva Yuliandari memang telah berpulang.
Namun dia akan selalu dikenang.
Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan. Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
Engkaulah pahlawan itu eva....
aku pun sempat merasakan bagaimana hidup di Papua, tapi apa yang aku rasakan belum seperti yang kau rasakan. dan apa yang aku lakukan belum seperti yang kau lakukan.
semoga perjuangan eva ini menjadi semangat baru buat teman-temanku yang kini berjuangan di tanah Papua... semoga......
katakan ia, lanjutkan dan jangan mengeluh
atau katakan tidak sama sekali.......
karena perjuangan yang hanya dihiasi kata keluhan adalah perjuangan yang tak pernah bermakna.....
selamat jalan eva....
Semoga Surga Allah adalah tempat bagimu Amin...
Setelah membaca email dari sebuah mailing list tentang kehidupan Eva maka sungguh tergerak hatiku untuk kembali menuliskan kisah hidup Eva diblogku ini. Semoga kisah ini benar-benar mejadi penggugah bagi kita ternyata masih ada orang-orang yang berjuang dengan segala idealismenya. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah bu Mus masa kini dan ada yang mengatakan dia adalah pendidik terbaik dan wanita terbaik negeri ini.
Eva menyelesaikan pendidikannya di jurusan pendidikan akutansi Universitas Negeri Jakarta tahun 2007. Persentuhannya dengan tanah papua dimulai dengan keisengannya mendaftar untuk KKN di Papua. Akhirnya keinginannya yang sempat ditentang oleh orang tuanya terwujud. Dia menghabiskan masa KKNnya di sebuah pedalaman papua, di Walesi, Wamena.
Sebuah daerah yang benar-benar belum tersentuh modernitas, bahkan di daerah ini masih banyak ditemui penduduk yang menggunakan koteka.
Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada seorang guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena memang satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu persatu guru mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak mampu bertahan di daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang memprihatinkan membulatkan keinginan Eva untuk kembali ke Papua.
Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga karena pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat dibutuhkan.
Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu, mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua, dia harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena persoalan sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar sekolahan yang akan menampung Eva sebagai guru relawan.
Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas yang lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka Merah Putih sedang berkibar!. Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya untuk memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya bilang bahwa rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan kaki.
Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi beragama sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah pengalaman reliji yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling menghormati antar sesama.
Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu memutus ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap hari memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu perasaannya sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan impian untuk hidup lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah bukanlah sebuah kata, namun mantra yang yang selalu bergaung di benaknya. Tanah koteka telah memanggilnya....
Perjuangannya cukup berliku untuk memajukan dunia pendidikan, hingga akhirnya ia terpilih menjadi pemudi pelopor pendidikan kota Bekasi tahun 2007.
Biodata Eva Yuliandari:
Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma Tiga Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3 Bekasi lulus tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4 Bekasi dan menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun sebagai guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat [PKBM), sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2 tahun. Pada tahun ajaran 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela SD Swasta di Bekasi. Bulan Juli 2006 mendirikan pusat belajar masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya & Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM KIMBIM PONDO sewaktu melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di PAPUA.
Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua.
herculezzzzz itu....
Dan keberangkatannya ke papua dengan herculez C-130 itu adalah kebahagiaan besar baginya. dia membawakan pakaian bekas murid-muridnya di jakarta untuk dibagikan buat murid-muridnya di wamena, tak hanya itu ia pun membawa buku-buku bekas dan berbagai macam alat peraga pembelajaran. dan kabar yang paling membehagiakanya adalah dia sudah diangkat menjadi cpns di tanah Wamena itu.
kisah hidupnya di papua pun sudah ia tulis dalam bentuk buku. sedikit kisahnya ini pun diceritakan oleh seorang penulis yang membimbingnya untuk menuliskan kisah hidupnya itu. Yah walau bukunya belum selesai namun pembimbingnya itu berusahan akan menerbitkan kisah hidup eva di tanah Papua itu. Karena katanya banyak semangat, inspirasi dan perjuangan yang bisa diambil dari kisahnya itu.
seperti yang dituturkan:
Eva Yuliandari memang telah berpulang.
Namun dia akan selalu dikenang.
Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan. Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
Engkaulah pahlawan itu eva....
aku pun sempat merasakan bagaimana hidup di Papua, tapi apa yang aku rasakan belum seperti yang kau rasakan. dan apa yang aku lakukan belum seperti yang kau lakukan.
semoga perjuangan eva ini menjadi semangat baru buat teman-temanku yang kini berjuangan di tanah Papua... semoga......
katakan ia, lanjutkan dan jangan mengeluh
atau katakan tidak sama sekali.......
karena perjuangan yang hanya dihiasi kata keluhan adalah perjuangan yang tak pernah bermakna.....
selamat jalan eva....
Semoga Surga Allah adalah tempat bagimu Amin...
Hallo - Sungguh tergugah ketika membaca tulisan ini. Minta ijin untuk share tulisan ini di FaceBook aku. Please let me know. Thanks, and keep in writing!!
BalasHapusthanks dah berkunjung ke blogku. yah cerita ini benar-benar menggugah. bahkan ketika aku pertama kali membacanya menitikkan air mata.
BalasHapusdan ketika semangtku surut maka aku kembali membaca cerita ini.
silakan saja mba. semoga semuanya bermannfaat
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTUHAN MEMBERKATI KELUARGAMU YNG MERELAKANMU UNTUK KE PAPUA....
BalasHapus