9.6.09

MENGAPA SAYA PERLU MENULIS?

Tulisan ini disarikan dari slide presentasi pak Supriadi yang disampaikan dalam pelatihan metodologi pengkajian di Makasar beberapa bulan yang lalu. Beliau adalah seorang peneliti ahli di Balitro ( Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika) dan sebagai seorang Dewan redaksi majalah Indonesian Jurnal Of Agriculture Science (IJCS).

Beliau memulai tulisan ini dengan sebuah pepatah yang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita, Gajah mati meninggalkan Gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalk perbuatan. Lalu beliau bertanya jika PNS dan atau peneliti mati meninggalkan apa?. Sambil tersenyum beliau menjawab “ silahkan jawab sendiri”.


The purpose of scientific research is to increase the knowledge of all interested humans, and thus research is wasted effort if it is not communicated clearly (L.B. Railsback, Department of Geology, University of Georgia http://www.gly.uga.edu/railbackwriting2.html).


Dari kalimat yang disampaikan oleh L.B. Railsblack di atas saya mencoba mengambil sebuah kesimpulan bahwa sebuah penelitian dan riset yang menghabiskan dana yang lumayan banyak tak akan berarti jika tidak dapat dikomunikasikan dengan baik. Salah satu bentuk komunikasi penelitian tentu dengan tulisan. Maka peneliti dan menulis adalah sebuah paduan yang tidak bisa dilepaskan. Karena sebagian besar nilai point dari peneliti memang berasal dari tulisan. Maka ada sebuah kesimpulan yang menyatakan seorang peneliti yang hebat adalah penulis yang hebat. Tapi penulis yang hebat belum tentu menjadi peneliti yang hebat.


Beberapa manfaat yang bisa diambil dari pribadi yang bisa menulis:

  1. Koneksi dan jaringan untuk kepentingan karir;
  2. Pengetahuan yang lebih mendalam;
  3. Motivasi personal dan sosial yang meningkat;
  4. Financial reward;
  5. Kredit akademis;
  6. Hubungan dengan dunia ilmu yang tak terputus
  7. Kemampuan yang lebih baik dalam bekerja secara tim (team work)
  8. Kemampuan yang lebih baik dalam aspek komunikasi yang lain seperti membaca, mendengar dan berbicara;
  9. Peningkatan dalam kemampuan presentasi;
  10. Peningkatan percaya diri dan personal branding
  11. Anda telah membuka pintu-pintu baru bagi masa depan Anda dengan lebih baik


Dan inilah beberapa alasan yang sering diajukan oleh beberapa orang untuk tidak menulis:

1. tidak punya waktu

2. tidak berbakat menulis

3. tidak boleh menggunakan nama perusahaan dalam menulis

4.bidang saya tidak terkait dengan apa yang harus ditulis

5. pernah menulis dan ditolak

6.kompensasinya masih rendah

7.tidak bisa menuangkan ide

8.tidak percaya diri

9. sudah menulis di tempat

10. saya adalah penulis buku, bukan penulis artikel pendek

11. tidak menguasai aturan main di bidang itu

12. lebih suka menulis fiksi

13.tidak ada komputer untuk menulis

14.sudah terlambat untuk menulis


Untuk para peneliti beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan adalah:

1. Jurnal primer untuk menyalurkan hasil penelitian

2. Jurnal Review ilmiah untuk yang mempunyai gagasan

3. Media masa


ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS.


Kemampuan mendengar dan berbicara adalah kemampuan yang kita miliki dan terlatih sejak kita masih bayi, membaca adalah kemampuan yang mungkin sudah kita miliki semenjak kita SD, lalu bagaimana dengan kemampuan kita menulis?


Membaca adalah kemampuan dasar sebelum memiliki kemampuan menulis.Kemampuan menulis yang baik berarti memiliki kemampuan berbahasa yang baik karena telah menguasai tiga kemampuan dasar lainnya (Indonesian-saram).


Kemampuan membaca dikalangan masyarakat Indonesia belum terlalu baik seperti yang diungkap oleh seorang sastrawan dalam sebuah Harian : Kemampuan membaca di kalangan masyarakat Indonesia belumlah terlalu baik, termasuk akademisi (Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan; Kompas, Senin, 6 November 2006)”.


Budaya lisan masih dominan di Indonesia, maka tidak mengherankan jika masyarakat membaca, mereka tidak mengerti apa yang dibacanya tetapi ketika diceritakan secara lisan maka mereka bisa mengerti.


Untuk mendapatkan ide dan inspirasi dalam menulis maka kita dianjurkan untuk banyak membaca dari alam dan membaca karya-karya orang lain. Tidak hanya karya-karya hebat, karya-karya yang dinilai kurang bagus pun dianjurkan untuk dibaca. Sebenarnya dari karya-karya yang kurang bagus itulah kita bisa mendapatkan banyak ide untuk menghasilkan karya yang lebih baik.


Lalu bagaimana cara kita menulis, maka jawabnya adalah menulislah. Karena sebagian besar penulis yang berhasil adalah penulis dengan menulis dan menulis setelah itu baru tulisannya dihubungkan dengan teori –teori yang ada. Bukan teori dulu baru menulis.


Eep Saifullah Fatah, penulis dan kolomnis beken Indonesia, mengatakan bahwa menulis akan terasa mudah kalau kita tidak terlalu terikat pada aturan orang lain. Artinya, apa yang ingin kita tulis, tulis saja. Sama dengan gaya kita menulis buku diary. Setidaknya, itulah langkah awal kita menulis: menulis menurut gaya dan cara kita sendiri. Setelah beberapa kali kita berhasil mengirim tulisan ke media -- dimuat atau tidak itu tidak penting-- barulah kita dapat melirik buku-buku teori menulis, untuk mengasah kemampuan menulis kita” (Mario Gahgo).


So, lets go....write....write.....and write


Tidak ada komentar:

Posting Komentar