8.6.09

TIPE PRESIPITASI


Proses gerakan air dari suatu fase (bentuk) ke fase lain dinyatakan dalam suatu siklus tertentu yaitu siklus hidrologi. Air laut sebagai fase cair dari air apabila terkena radiasi surya akan menguap dan terangkat ke atas menjauhi permukaan air laut. Apabila proses ini berlanjut dan disekitar uap air tersebut terdapat inti kondensasi maka uap air tersebut akan mengumpul dan membentuk tetes air hujan sebagai salah satu bentuk presipitasi. Presipitasi tersebut ada yang jatuh kembali kepermukaan air, atau di atas permukaan tanah, vegetasi atau badan air yang lain.


Berdasarkan posisi, sifat, karakter dan bentuk dari presipitasi tersebut maka wewenang kajian ahli meteorology dan klimatolgi adalah pada mekanisme gerakan dan distribusi uap air di udara. Sedangkan ahli hidrologi umumnya lebih tertarik pada proses perjalanan presipitasi menuju sungai, bagaimana sifat alirannya, berbagai peristiwa selama proses tersebut, serta hukum-hukum yang menyertainya.


TIPE PRESIPITASI


Tipe presipitasi dapat diidentifikasi melalui dua cara yaitu genetik dan bentuk.

Berdasarkan genetis dan asal mulanya, suatu presipitasi dapat terjadi apabila didukung oleh tiga faktor utama yaitu tubuh udara yang lembab, inti kondensasi dan suatu sarana untuk menaikkan udara yang lembab. Proses naiknya udara yang lembab dapat berlangsung dengan tiga cara yaitu konvektif, orografik, dan siklonik ( Viesman, dkk, 1977)


Hujan Konvektif

Proses naiknya udara secara konvektif diawali dengan terjadinya pemanasan udara yang terdapat dipermukaan tanah. Akibat pemanasan tersebut maka udara yang terpanaskan akan ringan dan naik dengan penurunan suhu secara adiabatik.


Hujan ini biasanya terjadi pada cakupan wilayah yang sempit dengan waktu yang relatif singkat. Hujan ini terdiri dari arus-arus lokal yang hangat dan lembab yang biasnya membentuk awan comuli atau berkembang menjadi awan comulinimbus. Sehingga menghasilkan hujan yang lebat disertai kilat dan guntur dan sering disertai hail. Hujan konvektif ditandai dengan:

  1. terpencar-pencar(setengah dari total hujan jatuhb pada awal 10% dari interval waktu) , pada luasan yang relatif sempit (20-50 Km) atau sering berupa hujan lokal.
  2. Banyak hujan konveksi mempunyai siklus musiman dan harian yang berhubungan dengan pemanasan radiasi surya.

Hujan Orografik

Hujan yang dihasilkan oleh naiknya udara lembab secara paksa oleh dataran tinggi atau pegunungan. Scurah hujan tahuna didataran tinggi pada umumnya lebih tinggi dari pada dataran rendah sekitarnya teruutama pada arah hadap angin.


Pengaruh dataran tinggi pada peningkatan curah hujan terutama adalah memberi dorongan /paksaan udara untuk naik. Pengaruh lain yang tidak langsung adalah:

  1. Mengahasilkan turbulensi alamiah yang kuat baik mekanik maupun konvektif karena melewati permukaan yang kasap.
  2. Merupakan penghalang dan memperlambat gerakan depresi (badai siklon)
  3. Menimbulkan konvergensi pada arus udara horizontal karena melewati lembah yang menyerupai cerobong
  4. Memacu udara naik sebagai awal ketidakstabilan.


Dorongan naik oleh dataran tinggi membawa udara sampai ke aras kondensasi. Penambahan udara hasil kondensasi membuat udara menjadi tidak stabil dan terus naik.

Pengaruh dataran tinggi pada hujan tidak semata-mata tergantung ketinggiannya tetapi juga pada suhu dan kelembaban udara yang naik serta arah dan kecepatan angin.

Bila udra yang dipaksa naik adalah udara stabil maka akan menghasilkan awan tipe strati yang behubungan dengan curah hujan yang ringan dan jatuh dalam waktu yang lama. Tapi jika udara yang naik adalah udara yang tidak stabil maka akan menghasilkan tipe comuli dengan hujan yang deras.


Hujan Siklonik

Hujan yang disebabkan oleh gerakan udara naik dalam skala besar yang berasosiasi dengan system pusat tekanan rendah(siklon). Gerakan udara yang naik biasanya perlahan-lahan sehingga bisa tersebbar luas. Hujan agak lebat dalma waktu yang agak panjang dan meliputi daerah yang luas.


Hujan Frontal

Biasanya terjadi pada lintang menengah akibat dari naiknya massa udara yang mebgalami konvergensi. Jika dua mass udara bertemu (udara hangat yang lembab dengan udara dingin yang kering) maka ketidakstabilan atmosfer akan meningkat udara akan naik dan menghasilkan awan. Bagian terdepan dari massa udara yag lebih hangat dan lebih dingin dari udara sekitarnya disebut front. Oleh karena itu hujan yang dihasilkan akibat front panas dan front dingin disebut hujan frontal.


KLASIFIKASI BENTUK

Berdasarkan posisi pembentukannya presipitasi dipilah menjadi dua yaitu presipitasi vertikal dan horizontal. Presipitasi vertikal adalah presipitasi yang posisi jatuhnya ke arah vertikal atau ke arah muka bumi. Presipitasi ini dapat diukur dengan alat penakar hujan. Presipitasi horizontal adalah presipitasi yang dibentuk di atas muka bumi.


Presipitasi vertikal menurut Seyhan dapat dipilah menjadi lima jenis yaitu:

  1. Hujan: air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di atmosfer.
  2. Hujan gerimis: hujan dengan ukuran tetes hujan yang sangat kecil
  3. Salju: Kristal-kristal kecil dan air beku yang secara langsung terbetuk uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasai kurang 0 derajat.
  4. hujan batu es: gumpalan es kecil dengan bentuk agak bulat dan dipresipitasikan selama hujan salju.
  5. sleet: campuran hujan dan salju, hujan ini disebut juga glaze (salju basah)


presipitasi horizontal

  1. es : salju yang sangat padat
  2. Kabut : uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat permukaan tanah
  3. Embun beku : bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi. Disebut juga emben beku putih
  4. Embun : air yang terdapat di atas permukaan tubuh yang dingin terutama pada malam hari. Embun ini menguap pada pagi hari
  5. Kondensasi pada es dan dalam tanah:


Menurut Bayong Tjasyono, 2004 bentuk presipitasi disebut dengan unsur Hidrometeor yaitu:

1. Gerimis: Tetes dengan diameter kurang dari 0,5 mm, intensitasnya kurang dari 1 mm/jam. Gerimis merupakan tetesan yang sangat kecil dengan jumlah besar yang tampak mengapung mengikuti arus udara.

2. Hujan : tetesan dengan diameter lebih dari 0,5 mm, intensitasnya lebih dari 1,25 mm/jam. Tetes hujan lebih besar tetapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan gerimis sehingga lebih sedkit mengurangi jarak pandang kecuali untuk hujan lebat

3. Salju : kristal es putih seringkali bergumpal ke dalam bentuk serpihan. Ukuran serpihan tergantung pada kadar air dan kelembaban disekitar kristal.

4. Batu es hujan : Bola es dengan diameter lebih dari 5 mm. Jika diameternya kurang dari 5 mm disebut butiran es yaitu bentuk awal dari batu es hujan

5. Virga: partikel air atau es yang jatuh dari awan tetapi menguap sebelum mencapai permukaan bumi

6. Kabut : seperti awan terdiri atas tetesan air kecil yang mengapung di udara. Secara fisisk ada sedikit perbedaan antara kabut dan awan. Kabut terbentuk di dalam udara dekat permukaan bumi. Kabut menatakamn suatu kondisi saat jarak pandang berkurang akibat tetesan air mikroskpis di dalam udara

7. Embun : air mengembun pada objek di dekat tanah yang suhunya di atas titik beku tetapi di bawah suhu titik embunya. Jika air mengembun pada suhu titik beku disebut titik embun beku.



Daftar Pustaka:

Handoko. 1994.Klimatologi Dasar. Bogor. Pustaka Jaya

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung. ITB

3 komentar:

  1. zaman sekarang yang dibutuhkan bukan pawang hujan lagi ya mb'...karena hujan bisa kita undang dengan menyebar garam or urea di atmosfer sebagai media kondensasi.....tapi kita g' tahu kemana arah hujan tersebut karena tergantung arah angin bertiup....so yang dibutuhkan di zaman ini adalah pawang angin,,,^^

    BalasHapus
  2. tulisan ini berguna untuk mendukung saya mengajar, dan membantu sekali dalam saya mengumpulkan materi mengajar....
    Terimakasih sekali.... :)

    BalasHapus