9.6.09

PARCIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)

Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah sebuah metode penelitian yang banyak digunakan dalam penelitian-penelitian pertanian yang bersifat spesifik lokasi. Demikian juga dengan sebuah kegiatan yang aku tercatat di dalamnya yaitu kegiatan Pengkajian Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi (PBP) Spesifik lokasi untuk mengurangi Resiko Gagal Penen Padi 20%. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan baru di balaiku yang didanai dari APBN.

Sebagai orang yang terbilang baru, memang dengan susah payah aku berusaha untuk memahami metode penelitian ini. Tulisan ini ku kumpulkan dari berbagai makalah, buku dan slide-slide penelitian terkait. Semoga dengan menuliskan ini, aku semakin paham dengan metode ini.

Suatu komunitas terdri dari kelompok dan individu yang beragam. Suatu kegiatan, baru akan terlaksana dengan baik apabila seluruh pengguna teknologi dari suatu komunitas mengembangkan suatu pema-haman bersama secara jelas terhadap topik permasalahan yang didiskusi-kan. Karena itu, kelompok atau individu yang berbeda-beda haruslah dilibatkan, sehingga mereka menyadari permasalahan yang ada. Sekali mereka menyadari dan memahami isu permasalahan yang ada, maka rencana kegiatan dan pelaksanaan tindak lanjutnya akan dirasakan menjadi milik mereka. Dengan cara ini pembatas antara peneliti dengan pengguna teknologi dapat dipatahkan dan petani lebih merasa memiliki kegiatan yang dilaksanakan.

PRA merupakan suatu metoda jalan pintas dalam pengumpulan data. PRA banyak digunakan untuk action research dan menggunakan beragam teknik. PRA melibatkan suatu komunitas lokal dan fasilitator dari berbagai sektor maupun bidang ilmu. Fasilitator memfasilitasi peserta PRA dalam menganalisis informasi, membagi pengetahuan sesuai kondisi setempat untuk perencanaan dan tidak lanjut kegiatan.

PRA tidak memberikan solusi untuk petani sendiri, tetapi membe-rikan pada kita jalan untuk mendapatkan solusi. PRA membantu kita untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih baik dengan pengguna teknologi dan mendorong mereka berbagi informasi dan pemahaman dengan kita.

Prinsip-prinsip PRA

(a) Gunakan pengetahuan secara optimal. Berhubungan dengan penting-nya mengetahui apa yang tidak penting. Hal ini akan mengurangi kita dari data yang terlalu detail dan kurang relevan. Hasil PRA tidak bisa mengukur secara tepat seperti yang diinginkan. Tetapi merupakan suatu trade off antara kualitas, relevansi, keakuratan, dan keterse-diaan waktu.

(b) Hindari bias. Terutama dalam pembangunan pedesaan, lakukan dengan santai, tidak terburu-buru, mendengar tidak menguliahi, menggali/menyelidiki, serta memberikan perhatian lebih kepada yang kurang mampu dan wanita tani serta saran pemikirannya.

(c) Gunakan teknik triangulasi, mencek ulang kebenaran informasi pada lebih dari satu orang/sumber.

(d) Belajar dari dan dengan penduduk desa. Langsung, di lokasi, tatap muka.

(e) Pelajari dengan cepat tahap demi tahap. Melalui eksplorasi, metoda yang fleksibel, improvisasi dan cek-ulang, tidak kaku mengikuti cetak biru panduan PRA, tapi lebih mengadopsi melalui suatu proses pembelajaran.

Tahapan PRA

Terdapat paling tidak 7 tahap dalam pelaksanaan PRA yaitu :

(1) review data sekunder,

(2) pengamatan,

(3) interview semi struktur,

(4) analisis dan skoring,

(5) sejarah dan analisis kecenderungan,

(6) Diagram, dan

(7) Lokakarya/pertemuan.

Analisis data dapat dilakukan untuk data kualitatif berdasarkan kategori/pengelompokan. Bisa kategori induksi (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum) atau kategori deduksi (penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum). Untuk data yang bersifat kuantitatif dapat digunakan analisis statistika sederhana seperti nilai rata-rata, nilai tengah, varian (nilai tertentu dari suatu varibel), standar deviasi, frekuensi atau persentase.

Presentasi hasil PRA, baik dalam bentuk pertemuan atau loka-karya, dapat mengkikuti pola urutan : catatan lapangan, catatan yang lebih lengkap, dan catatan akhir. Pada hari terakhir pelaksanaan PRA, para fasilitator berkumpul bersama, dan mengkonsolidasikan catatan lapangan menjadi catatan yang lebih lengkap. Catatan yang lebih lengkap menjadi dasar untuk bahan diskusi lebih lanjut, analisis dan bahan penulisan laporan akhir.

Catatan dapat disusun berdasarkan urutan kronologis (jika detail diperlukan) atau berdasarkan topik (jika waktu menjadi faktor pembatas), atau berdasarkan pertanyaan kunci.

Laporan untuk pertemuan paling tidak mengemukakan : pernyataan masalah, tujuan dan ruang lingkup, metodologi, data dan temuan, implikasi dari temuan, dan ringkasan/kesimpulan.

1 komentar:

  1. www.wisatabintet.blogspot.com

    malam, berkunjung....kunjungi blogku ya. tukaran link juga ya..

    BalasHapus